Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak-anak Sekolah Sering Digendong Sama Warga, Khawatir Terbawa Arus..."

Kompas.com - 20/08/2020, 10:32 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Tidak adanya infrastruktur jembatan, membuat warga Desa Karyamukti, Kecamatan leles, Cianjur, Jawa Barat harus bertaruh nyawa setiap hari.

Pasalnya, mau tak mau mereka harus menyeberang dan menerjang derasnya aliran sungai setiap kali hendak beraktivitas.

Sedangkan untuk mengakses jalan lain, membutuhkan waktu tempuh yang jauh lebih lama.

Baca juga: Warga Karyamukti di Cianjur Ini Bertaruh Nyawa Setiap Hari

Kondisi anak-anak yang hendak bersekolah memprihatinkan

Ilustrasi siswa SDKOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Ilustrasi siswa SD
Kepala Desa Karyamukti Saadulloh mengemukakan, warganya memang harus menyeberangi sungai tanpa jembatan.

Mirisnya, hal itu juga dialami anak-anak di musim sekolah.

"Jika musim sekolah, anak-anak harus berenang untuk menyeberangi sungai. Baju, sepatu dan buku dimasukkan ke tas dan diikat kantong plastik agar tidak kebasahan," kata Saad.

Namun jika arus sungai sedang deras, warga sekitar bersiaga menyeberangkan anak-anak.

"Anak-anak sekolah sering digendong sama warga, khawatir terbawa arus jika airnya sedang deras," lanjut dia.

Baca juga: Kisah Pilu Selamet, Mata Melotot dan Kulit Melepuh, Dibawa ke RS dengan Uang Pinjaman

Sejumlah warga di Desa Karyamukti, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tengah menyebrangkan sepeda motor di tengah arus deras sungai Ciderma. Warga terpaksa menantang maut untuk beraktivitas karena tidak ada infrastruktur jembatan.Screengrab dari video Sejumlah warga di Desa Karyamukti, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tengah menyebrangkan sepeda motor di tengah arus deras sungai Ciderma. Warga terpaksa menantang maut untuk beraktivitas karena tidak ada infrastruktur jembatan.

Sepeda motor ditandu, pernah ada sepeda yang hanyut

Ironisnya, hal itu juga terjadi jika ada ibu hamil, lansia atau warga yang sakit terpaksa harus menyeberangi sungai.

"Ketika ada yang sakit dan sifatnya urgen, sedih saya melihatnya," kata dia.

Jika ada warga yang hendak membawa sepeda motornya, mereka harus terlebih dahulu menandu.

"Kalau ada sepeda motor yang mau menyeberang, itu harus ditandu dulu dengan batang kayu atau bambu. Setelah ke tepian baru dipakai lagi,” tutur Saad.

Ia mengatakan, lantaran derasnya arus, insiden sepeda motor warganya hanyut terbawa arus pernah terjadi.

Baca juga: Jembatan Bangkir, Saksi Bisu Pertempuran Pasukan Setan Lawan Belanda di Indramayu

Sudah disurvei namun belum ada tindak lanjut

ilustrasi jembatan gantungDok. Humas Ditjen Bina Marga Kemen PUPR ilustrasi jembatan gantung
Tak bisa hanya mengandalkan dana dari anggaran pemerintahan desa, Saad pun mengajukan permohonan bantuan pembangunan jembatan.

"Pemerintahan desa di sini sudah sering mengajukan. Kemarin ke provinsi, ke anggota Dewan sana juga. Ke pemda juga pernah," ujar dia.

Meski sejumlah pejabat pernah mendatangi lokasi untuk survei, namun hingga kini tak ada kabar perihal pembangunan jembatan.

"Namun, sampai sekarang belum ada tindak lanjut lagi. Saya tidak tahu harus ke mana lagi, warga sudah sangat geram,” kata Saad.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman | Editor : Abba Gabrillin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com