BORONG, KOMPAS.com - Ahmad Jabur (50) yang merupakan seorang Muslim terpilih menjadi kepala desa di kawasan yang mayoritas warganya beragama Katolik.
Ahmad Jabur berani maju mencalonkan diri pada pemilihan kepala desa Compang Ndejing di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2017 silam.
Ahmad menceritakan, awalnya ia ragu maju mencalonkan diri sebagai kepala desa.
Keraguan itu berkaca pada pemilihan kepala desa Nangalabang pada 1992.
Baca juga: Warga Karyamukti di Cianjur Ini Bertaruh Nyawa Setiap Hari
Kala itu, dia berkompetisi dengan satu lawan dan akhirnya kalah. Memang, pada saat itu dia tidak terpilih bukan karena isu suku, ras atau agama.
Namun, saat pemilihan pada 2017, Ahmad masih memiliki keraguan karena berasal dari kalangan minoritas.
Peran pastor dan pemuka agama
Tetapi, masyarakat terus mendorong agar dirinya maju pada pemilihan kepala desa.
Menurut Ahmad, masyarkat berpikir bahwa dia cocok untuk memimpin Compang Ndejing ke depannya.
"Saat itu saya tidak mau. Alasan saya, saya tidak mungkin terpilih, karena saya dari pihak minoritas. Selama itu memang isu agama dan SARA di akar rumput ramai dibincangkan. Ada yang bilang mengapa mesti yang minoritas pimpin mayoritas," ujar Ahmad kepada Kompas.com, Rabu (19/8/2020).
Baca juga: Kisah Mereka yang Kehilangan Mata akibat Ledakan di Beirut, Lebanon...
Ahmad mengatakan, salah satu yang membuatnya yakin untuk maju adalah dukungan dari kelompok basis gereja (KBG).
Sekitar 7 kelompok doa di Dusun Purang Mese, Compang Ndejing, kompak dan komitmen mengusulkan dirinya maju sebagai calon kepala desa.
"Saya jadi termotivasi untuk maju. Saya pun meminta kepada panitia untuk meminta persyaratan. Setelah itu saya lengkapi berkas dan daftar," kata Ahmad.
Ahmad menuturkan, dalam perjalanan sebelum pemilihan, isu SARA dan agama begitu terasa di lingkungan masyarakat.