Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Bogor Macet Parah pada Malam HUT Ke-75 RI, Taman Safari: Bukan Salah Kami

Kompas.com - 19/08/2020, 20:33 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Destinasi wisata di Puncak, Bogor, Jawa Barat, masih menjadi tujuan favorit warga, utamanya pada saat musim liburan.

Tak heran, libur panjang akhir pekan yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-75 Republik Indonesia lalu mengalami kepadatan kendaraan.

Antrean kendaraan bahkan tidak terbendung dan mengular sampai sepanjang jalan masuk Taman Safari Indonesia (TSI).

Pengendara pun terpaksa harus mematikan mesin hanya untuk menunggu antrean di jalur TSI menuju Puncak.

Dari video yang beredar, salah satu warga yang ada di sana melaporkan mobilnya tidak bisa jalan karena kemacetan parah.

Baca juga: Libur Panjang Hari Kemerdekaan, Kawasan Puncak Diserbu Pengunjung

Di sepanjang ruas jalan itu, mereka pun harus menunggu selama beberapa jam agar bisa keluar dari kemacetan.

"Iya betul (macet), karena liburan long weekend, di jalur puncak padat sekali," kata Kepala Humas TSI, Yulius H Suprihardo membenarkan kemacetan itu kepada Kompas.com, Selasa (18/8/2020).

Menurut dia, kondisi lalu lintas saat itu mulai terpantau padat sejak Sabtu (16/8/2020) sampai jelang malam 17 Agustus.

Petugas kepolisian menerapkan sistem satu arah (one way) dari objek wisata Puncak menuju Jakarta dan arah sebaliknya.

"Itu memang mulai dari tol macetnya dan polisi juga tidak bisa berbuat banyak, memang keadaan kondisi lalin yang padat dengan jumlah motor dan roda empat, nah kemacetan saat itu akhirnya berimbas sampai ke objek wisata di TSI ini," ungkapnya.

Penyebab kemacetan

Dia menilai, penerapan sistem satu arah dari jalur lalu lintas Puncak menjadi penyebab kemacetan karena selain banyaknya kendaraan roda dua dan empat, para pengunjung Taman Safari juga banyak yang cenderung tidak tertib.

Hal itu membuat sekitar jalur jalan TSI terdampak kemacetan hingga berjam-jam lamanya. Oleh sebab itu, ia meminta pada akhir pekan nanti kepolisian bisa mengantisipasi kemacetan.

"Memang tidak diduga bahwa setiap hari long weekend itu pasti terjadi kemacetan. Sebenarnya kalau misal di jalan raya puncak itu terurai tentu tidak akan terjadi masalah buat TSI karena bukan kali ini aja kan kami menghadapi kemacetan ini. Tapi kan memang ujungnya (kemacetan) sendiri ada di jalur puncak sana, pengendara roda empat dan roda dua itu juga di lapangan kurang disiplin," ujar dia.

Penerapan arus satu arah dinilai kurang efektif di tengah musim libur panjang saat ini. Sebab sangat berdampak ke tempat wisata di kawasan Puncak.

Yulius pun menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa disalahkan soal kemacetan, terlebih kaitannya soal aturan PSBB yang membatasi pengunjung Taman Safari Bogor.

"Kita buka dari tanggal 15 Juni setelah dapat izin. Jadi 50 persen itu (aturan PSBB) beda, karena pengunjung TSI itu kan sifatnya mobile, masuk-keluar, bukan seperti bioskop yang tertutup," ungkap dia.

"Siapa pun yang datang mau berekreasi masak kita larang. Nah, sekarang kalau mau dilarang itu seharusnya petugas PSBB-nya melarang, dari Jakarta jangan masuk, otomatis Puncak sepi. Bukan salah Taman Safari," tambah dia.

Baca juga: Puncak Arus Mudik Agustus Diprediksi pada HUT Ke-75 RI dan Tahun Baru Islam

Terakhir, kata dia, di saat libur panjang seperti Hari Ulang Tahun Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia dan menjelang Tahun Baru Islam 1442 H nanti.

Wisatawan diharapkan agar tidak berbondong-bondong yang akhirnya memandang remeh virus Covid-19. Hal itu bertujuan supaya semua pengunjung lancar dan merasa nyaman dalam berwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com