Apalagi, Kaltara adalah provinsi termuda dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia yang secara tidak langsung memiliki kemiripan budaya, sehingga akan sangat disayangkan, kultur yang menjadi ciri khas Kaltara akan tercampur dengan budaya bangsa lain.
Keprihatinan ini membawanya ke dalam berbagai event perlombaan tata rias pengantin tradisional.
Dimulai dari seleksi Lomba Tata Rias Pengantin Tradisional Tingkat Kabupaten yang dihelat Dinas Pendidikan Labupaten Nunukan dengan tajuk Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), ia lolos ke tingkat provinsi.
Sampai akhirnya ia terus membawa tema pengantin Tidung Tengara ke perlombaan tingkat nasional dan berakhir dengan raihan juara I nasional.
"Kategori yang saya menangkan adalah alis bertanduk Tidung, ada filosofi mendalam. Ketika wanita Tidung sudah menikah harus tahan banting, harus kuat apapun cobaannya layaknya tanduk yang menjadi senjata dan pertahanan dalam arti harafiahnya, semua goresan make up untuk Tidung memiliki makna dan filosofinya sendiri,"jelasnya.
Dari sinilah Harcuncung kemudian dikenal luas oleh para ahli tata rias pengantin nasional di 34 provinsi di Indonesia.
Ia mulai banjir undangan dan selalu membawa baju adat Tidung sebagai promosi budaya asli Kaltara.
Puncaknya, 20 Februari 2019 ia ditelepon oleh DPP HARPI Melati di Jakarta agar menyiapkan baju khas Kaltara yang ia bawakan saat memenangi lomba tata rias pengantin tradisional 2018 lalu.
‘’HARPI Melati mendapat tugas merias pengantin dari organisasi Bhayangkari yang diketuai ibu Kapolri, Nyonya Tito Karnavian untuk kepentingan buku ‘Tata Rias Pengantin Seluruh Indonesia’ yang akan dijadikan cendera mata bagi tamu-tamu istana pada HUT 74 RI. Saya masih simpan surat dan undangannya," lanjutnya.
Tercetak di uang edisi khusus HUT ke-75 RI
Pada undangan yang dipelopori Persatuan Istri Kabinet Indonesia Kerja ini, Harcuncung dipercaya untuk merias 3 pengantin tradisional sekaligus, masing masing adat Tidung, adat Dayak Lundayeh dan adat Kutai Kartanegara.
Saat sesi pemotretan, Harcuncung diminta segera menyiapkan baju pengantin Tidung untuk salah satu menteri tanpa diberitahukan siapa menteri dimaksud. Dia pun bergegas menyiapkan busana yang ia bawa dari Tarakan.
"Ternyata yang mau pakai Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani. Baju yang saya bawa kuning sama merah, karena itu memang warna kebesaran Tidung, tapi mungkin ukurannya kurang pas atau gimana, bajunya diganti namun aksen Tidung tetap dipertahankan. Tapi itu tidak mengapa karena hanya untuk sesi pemotretan bukan untuk prosesi perkawinan yang sakral, makanya dalam foto itu ibu menteri pakai warna putih dan suaminya pakai hitam.’’katanya.
Momen itupun menciptakan kesan mendalam dan menambah semangat Harcuncung untuk mempresentasikan adat Tidung sebagai salah satu identitas Kaltara.