Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganya Meninggal karena Covid-19, Alami "Happy Hypoxia", Bupati Banyumas: Orangnya Kelihatan Gembira, Tak Batuk Pilek

Kompas.com - 19/08/2020, 10:40 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tiga orang pasien Covid-19 mengalami happy hypoxia.

Tiga pasien di Banyumas itu kemudian meninggal dunia meski tak merasakan gejala seperti pada umumnya.

Walaupun terlihat tanpa gejala, namun sebenarnya terjadi gangguan pada kadar oksiden dalam darah.

"Orangnya kelihatannya gembira saja, enggak ada batuk, pilek, panas tetapi saturasi oksigen yang ada di dalam darah lama-lama turun," kata Bupati Banyumas Achmad Husein.

Baca juga: 3 dari 7 Pasien Covid-19 yang Meninggal di Banyumas Alami Happy Hypoxia

Bupati berkomunikasi dengan dokter paru

Ilustrasi pneumonia atau radang paru-parubritannica.com Ilustrasi pneumonia atau radang paru-paru
Usai mengetahui penderita Covid-19 bisa mengalami sindrom happy hypoxia, Husein segera berkomunikasi dan meminta penjelasan pada dokter paru-paru.

Menurut Husein, happy hypoxia merupakan gejala baru.

Meski penderita tak merasakan gejala namun kadar oksigennya tak normal. Lama-kelamaan orang yang bersangkutan bisa tak sadarkan diri tiba-tiba.

Husein mengatakan, saturasi oksigen yang normal di atas angka 90 persen.

"Ini (orang yang mengalami happy hypoxia) turun di bawah 90, turun, turun, turun 80, sampai kemudian 75. Kalau sudah begitu (orangnya) langsung ngos-ngosan dan tidak sadarkan diri," jelas Husein.

Baca juga: Sejumlah Pasien Covid-19 Alami Happy Hypoxia, Apa Itu?

 

Ilustrasi penyebaran virus coronaShutterstock Ilustrasi penyebaran virus corona
Minta masyarakat memahami dan berhati-hati

Lantaran tak menunjukkan gejala namun tubuh bisa roboh secara tiba-tiba, Husein meminta warga mengetahui perihal happy hypoxia ini.

"Jadi orang yang kelihatannya sehat-sehat saja tapi kalau saturasi oksigen semakin lama semakin turun, ini indikasi, harus diperhatikan," kata dia.

Ia meminta warganya mengetahui gejala ini agar tidak terjadi penularan dan korban yang lebih banyak.

Sebab, tercatat tiga orang pasien Covid-19 yang meninggal di wilayahnya mengalami happy hypoxia.

Baca juga: Sederet Cerita Warga Takut Di-Rapid Test, Malah Tawarkan Uang Damai dan Mengungsi ke Pulau Lain

Penjelasan dokter

Ilustrasi corona virus (Covid-19)shutterstock Ilustrasi corona virus (Covid-19)
Melansir Kompas.com pada 12 Agustus 2020, happy hypoxia syndrome memang bisa ditemukan pada pasien positif Covid-19.

Hal itu dikemukakan oleh dokter spesialis paru yang sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Agus Dwi Susanto.

Agus mengatakan, kadar oksigen normal di dalam tubuh adalah 94 persen. Namun orang yang mengalami happy hypoxia memiliki kadar oksigen rendah.

"Darah yang kurang oleh oksigen ini kan nantinya akan masuk ke jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh, akibatnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang lain ikut mengalami kekurangan oksigen, yang disebut sebagai hypoxia," kata Agus.

Memang, orang yang mengalami masalah ini terlihat normal. Ia juga mengakui telah menangani beberapa kasus pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia.

Meski tampak tak memiliki keluhan, kemungkinan terburuk adalah kematian mendadak.

"Jadi mungkin di awal-awal pasien itu akan kelihatan biasa-biasa saja, tapi kalau dia terjadi happy hipoksia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka dia akan tiba-tiba terjadi, istilahnya kematian mendadak," kata Agus.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain, Jawahir Gustav Rizal | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Jihad Akbar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com