Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Bangkir, Saksi Bisu Pertempuran "Pasukan Setan" Lawan Belanda di Indramayu

Kompas.com - 18/08/2020, 18:43 WIB
Kontributor Majalengka, Mohamad Umar Alwi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

"Selama tiga hari saya lihat kapal Londo muter-muter di atas. Para warga ketakutan, mereka bersembunyi mencari tempat yang aman. Suasana begitu menegangkan dan penuh ancaman," kenang Asikin.

Pria sekaligus ketua RW 05 Desa Sindangkerta, Indramayu, tersebut menjelaskan, perang kemerdekaan Pasukan Setan pimpinan MA Sentot melawan Belanda puncaknya terjadi pada November 1947 di sekitar jembatan Bangkir.

Rumah-rumah warga dekat jembatan tersebut ditembaki dan dilempari granat oleh tentara Belanda sehingga kepulan asap membumbung dari wilayah tersebut.

Rumah-rumah terbakar dan mayat bergelimpangan. Menurut kesaksian Asikin, peristiwa tersebut menjadi lautan api.

"Saya sangat jelas melihat keadaanya. Dilempar pake granat. Rumah-rumah warga terbakar dan asap hitam membumbung menyelimuti desa tersebut. Desa tersebut lautan api," terang Asikin menahan isak tangis.

Baca juga: Kisah Perjuangan dari Bekasi, Tanah Patriot dan Para Jawara yang Sulit Ditaklukkan Belanda

Untuk mengenang tragedi tersebut, pemerintah setempat telah membangun prasasti di medan tempur. Prasasti tersebut memiliki tinggi sekitar dua meter, dan terdapat tulisan yang berbunyi: "DISINILAH TEMPAT PARA PEJUANG KEMERDEKAAN MEMPERTARUHKAN JIWA DEMI TEGAKNYA KEMERDEKAAN RI PADA TGL 17-8-1945".

Kemenangan rakyat Indramayu

Kisah perjuangan rakyat Indramayu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dijelaskan oleh Budayawan dan Pemerhati Sejarah Indramayu, Supali Kasim.

MA Sentot sebagai pemimpin pasukan, kata Supali, telah menguasai beberapa medan. Hal tersebut dibuktikan dengan daerah perjuangan MA Sentot yang cukup luas.

"Daerah perjuangan Sentot cukup luas. Kemungkinan (prasasti Bangkir memiliki kaitan) iya. Di situ pernah terjadi pertempuran melawan Belanda," ujarnya.

Ia juga mengatakan, pada tahun 2000 ia pernah mewawancarai MA Sentot dan anak buahnya, Wasono saat pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Indramayu.

"Wasono dan Sentot sekarang sudah almarhum. Kalau Sentot sendiri sakitnya karena tua. Sebelum tahun 2000 juga banyak teman-teman dan anak buah seangkatan Sentot telah wafat," kata Supali.

Dalam dokumen wawancara yang diberikan Supali kepada Kompas.com, pertempuran di jembatan Bangkir adalah yang paling besar.

Para pejuang tidak memiliki perlindungan selain bersembunyi pada tanaman padi di sawah dengan tinggi 20 cm.

Dokumen tersebut juga menceritakan bahwa pertempuran tersebut dimulai dengan pembegalan pasukan Belanda yang melintas menggunakan truk.

Mendengar ada pasukan Belanda hendak masuk ke jembatan Bangkir, para pejuang yang sebelumnya telah bersiap pukul 05.00 WIB pagi itu menembaki musuh hingga terjadi pertempuran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com