Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Bangkir, Saksi Bisu Pertempuran "Pasukan Setan" Lawan Belanda di Indramayu

Kompas.com - 18/08/2020, 18:43 WIB
Kontributor Majalengka, Mohamad Umar Alwi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Bagi warga Sindangkerta, Indramayu, Jawa Barat, perayaan hari kemerdekaan RI mengingatkan mereka pada sebuah peristiwa berdarah, yakni pengepungan dan pembakaran rumah warga. Peristiwa ini disebut Sindangkerta lautan api.

Suaranya sesak menahan tangis, Asikin (80), seorang saksi sejarah, mengisahkan kepada Kompas.com tentang perang kemerdekaan di Indramayu.

Indramayu memiliki cerita sejarah perlawanan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Asikin masih ingat saat itu ia berusia 5 tahun. Ia melihat tentara Belanda berpatroli di wilayah Indramayu untuk memburu para pejuang.

Baca juga: Kisah Perjuangan Veteran Perang, Delapan Peluru Bersarang di Badannya

Tentara Belanda menembaki rumah-rumah di lokasi yang dianggap tempat persembunyian para pejuang. Saat itu, rakyat pun melawan tanpa gentar meski diberondong peluru.

"Hampir setiap hari suara peluru-peluru itu saya dengar. Pasti sedang ada perlawanan dari rakyat kepada tentara Londo (Belanda)," kata Asikin di kediamannya di Desa Sindangkerta, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu saat bercerita, Selasa (18/8/2020).

Rakyat Indramayu berperang, kata Asikin, di bawah komando MA Sentot. Oleh MA Sentot rakyat, terutama yang memiliki kepandaian bertempur, diorganisir.

Mereka dididik dan dilatik taktik perang. Bagi Asikin MA dan rakyat Indramayu saat itu, Sentot merupakan orang berpengaruh dan merupakan panglima perang di wilayah Pantura itu.

"Beliau (MA Sentot) itu orang Plumbon, Indramayu. Orangnya pandai dalam taktik perang. Berani. Ramah terhadap masyarakat. Kalau perang selalu terdepan membawa senapan atau tembakan sambil ditenteng ke depan," terangnya.

Pasukan Setan

Pada saat perang gerilya, MA Sentot membentuk laskar perjuangan bernama Pasukan Setan. Pasukan tersebut memiliki banyak anggota dan dibekali beberapa senjata hasil rampasan tentara Jepang dan Belanda.

Bermodal senjata hasil rampasan tersebut, laskar Pasukan Setan dipimpin MA Sentot bergerilya melawan Belanda.

"Saya ingat, kejadiannya itu 1947 saat agresi militer Belanda kesatu. Beliau bersama pasukannya bernama Pasukan Setan tersebut melawan Belanda. Menembaki dari tempat-tempat persembunyian ketika tentara Belanda sedang patroli menggunakan mobil," kata Asikin.

Ketika tentara Belanda ditembaki, terang Asikin, beberapa hari setelahnya pasukan penjajah itu akan datang lagi dengan banyak personel.

Daerah tersebut akan diawasi ketat sebagai lokasi persembunyian para pejuang.

Maka dalam ingatan Asikin, ketika tentara Belanda diserang, dari udara kapal-kapal Belanda juga ikut memburu keberadaan pejuang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com