Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mampu Tahan Air Mata, Ayah Gantikan Wisuda Putrinya yang Meninggal karena Kecelakaan

Kompas.com - 14/08/2020, 11:13 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Khairina

Tim Redaksi


BULUKUMBA, KOMPAS.com - Muh Arif Bochari (52) menumpahkan air mata menggantikan putrinya mengikuti prosesi wisuda yang berlangsung di UIN Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (11/8/2020).

Bochari didampingi istri Andi Asniar serta kedua anaknya, Andi Tenri Wuleng (19) dan Andi Miftahum Amaliah Arif (16).

Andi Musdalifa Arif, putri Bochari, meninggal dunia pada 24 Mei 2020, usai menjenguk temannya di puskesmas.

Musdalifa asal Desa Balong, Kecamatan Ujungloe Bulukumba, tak bisa mengikuti wisuda yang telah diperjuangkan selama ini karena mengalami kecelakaan tunggal.

Bochari menggantikan putri pertamanya itu mengambil ijazah hasil perjuangan 3 tahun 6 bulan di UIN Makassar.

Baca juga: Cerita Najhan Wisuda Berbarengan dengan Akad Nikah, Tak Pakai Toga Duduk di Pelaminan

Saat menaiki panggung, air mata Bochari semakin deras mengalir.

Bagaimana tidak, semua mahasiswa lain, kawan dari putrinya itu, mengikuti wisuda lengkap didampingi orangtua mereka masing-masing.

"Saya sangat sakit hati kehilangan putri tersayang. Namun, rasa sedih ini bercampur bangga dan terharu atas prestasi yang diraih. Musdalifa terpilih menjadi lulusan cum laude dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,90," ujar Bochari, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (14/8/2020).

Bochari mengaku tak menyangka atas prestasi sang anak yang dikenal pendiam ini semasa hidupnya.

Musdalifa mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin, Makassar.

Sebelum wisuda, Musdalifa berencana ke Kediri untuk kursus bahasa Inggris dan setelah dari Kediri melanjutkan studinya ke jenjang S2.

Semasa hidupnya, ia bercita-cita menjadi dosen perpustakaan di UIN Makassar.

Menurut Bochari, pada tanggal 24 Mei 2020, sang anak pergi membesuk temannya di puskesmas, lalu pergi berziarah ke rumah nenek di Kecamatan Bontobahari Bulukumba.

Baca juga: 25 Tenaga Medis RSUD Moewardi Solo Positif Covid-19, Diduga Tertular dari Pesta Usai Wisuda

Sebelum meninggalkan rumah, Bochari melihat Musdalifa memeluk erat ibunya.

Memang hari itu Musdalifa terlihat sangat cantik sehingga tak henti-hentinya Asniar memberikan pujian.

"Usai memeluk ibunya dan bersalaman dengan keluarga. Musdalifa pamit," kata Bochari.

Ketika itu, Musdalifa dibonceng temannya bernama Ana. Mereka pergi untuk menjenguk temannya di puskesmas. Setelah dari sana, lalu menuju ke rumah nenek.

Namun, di perjalanan ke rumah nenek, Ana menghindari jalanan rusak di Desa Garangta, Kecamatan Ujungloe Bulukumba. Tiba-tiba Musdalifa jatuh sendiri.

"Saat itu mendengar kabar buruk kalau anak jatuh, saya ke lokasi bersama keluarga," tuturnya.

Musdalifa sempat dilarikan ke RSUD Bulukumba. Darah terus mengalir keluar dari mulutnya. Beberapa saat kemudian Musdalifa mengembuskan napas terakhir.

Kini, Bochari hanya bisa mengenang anak yang diakui tegas itu.

Bochari juga menuturkan bahwa demi biaya kuliah Musdalifa, ia rela menggadaikan kebunnya.

"Saya ini hanya petani kebun yang tidak luas itu digadaikan untuk biaya Musdalifa dan keenam adik-adiknya, serta untuk kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.

Diketahui, Musdalifa lahir di Bulukumba pada 27 Mei 1999 dan meninggal dunia pada 24 Mei 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com