Simpati dan bantuan mulai berdatangan dari banyak pihak
Sebelum kedatangan sejumlah anggota DPRD, simpati dan uluran tangan lebih dulu ditunjukkan Kapolres Nunukan AKBP Syaiful Anwar.
Kapolres bahkan langsung memerintahkan anggotanya supaya mengusahakan pendidikan Thresia.
Inisiatif ini pula yang memancing anggota DPRD melihat langsung kondisi Thresia dan keluarganya.
‘’Kami hubungi kepala sekolah SMP PGRI Nunukan, dan kebetulan masih ada kuota dan bersyukurnya lagi dia langsung terdaftar dalam Dapodik, itu kabar sangat menggembirakan, sekarang dia terdaftar sebagai pelajar di sekolah tersebut,’’ujar Syaiful, Senin (10/08/2020).
Baca juga: Dikunjungi Dinas LH Magetan, Sanitasi Rumah Warga Dekat Kandang Ayam Memprihatinkan
Syaiful mengatakan, bagaimanapun anak-anak seusia Thresia tidak boleh dibiarkan begitu saja tidak bersekolah.
Kondisi ekonomi keluarga Thresia dan segala kisah menyedihkan yang dialami mulai saat ini akan ditanggung bersama.
Untuk bocah-bocah dengan kasus seperti Thresia, yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan memiliki semangat luhur untuk menaikkan derajat orang tua akan coba dipetakan dan dibantu dalam program Polres Nunukan Peduli.
‘’Kita sebagai pengayom masyarakat, jangan sampai diam ketika ada kisah seperti keluarga Thresia, berbuatlah dan terus peduli karena kebaikan akan kembali pada diri kita,’’kata Syaiful.
Setelah memastikan Thresia diterima sekolah, Polres Nunukan kemudian mengajak Thresia membeli peralatan sekolah.
Dengan mata berbinar dan senyum yang tak pernah hilang, Thresia segera mengambil apa yang dia perlukan, dari seragam, sepatu, sampai tas sekolahnya.
Thresia mengaku sangat senang dapat kembali sekolah, namun ia akan tetap bekerja mengikat benih rumput laut (mabettang) karena ia tetap butuh uang untuk kebutuhan makan keluarganya.
‘’Senang sekali sudah diterima sekolah, dibelikan barang-barang baru oleh pak polisi, tapi saya harus tetap mabettang, karena harus ada uang untuk beli makan,’’katanya.
Dapat bantuan ibu pemilik toko peralatan sekolah
Pengorbanan Thresia juga mengundang simpati ibu pemilik toko perlengkapan sekolah.
Giri, sang pemilik toko, mempersilakan Thresia mengambil apapun yang dia mau di tokonya bahkan mengantar sendiri kebutuhan seragam dan perlengkapan belajar lain ke rumah Thresia.
Giri mengaku prihatin mendengar kisah Thresia sehingga berinisiatif memberikan bantuan.
Giri mengatakan, sangat jarang anak seusia Thresia berpikir sejauh itu bahkan mengorbankan dirinya putus sekolah agar kakaknya tetap melanjutkan pendidikan.