Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hidup Veteran Tertua di Pematangsiantar, Berjuang hingga Lansia

Kompas.com - 13/08/2020, 07:25 WIB
Teguh Pribadi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Sore itu, kakek berumur 110 tahun terbaring di ruang tamu rumahnya.

Ia tidak sendiri. Istrinya Narsiem (85) juga berbaring tepat di sisinya.

Meski terbaring, Narsiem tetap terjaga apabila suaminya itu tiba-tiba mengeluh sakit.

Baca juga: Kisah Para Korban Teror Bom yang Dilupakan Negara, Diusir dari Kontrakan dan Menanggung Utang

Terkadang, ia memijat punggung mantan pejuang kemerdekaan itu supaya merasa nyaman lalu kembali terlelap.

Di rumah mungil dengan cat hijau muda berdinding papan, pasangan lansia itu menghabiskan masa tua bersama.

Mereka ditemani seorang cucu dan kerap dikunjungi anak-anaknya.

"Suami ku ini sudah enggak bisa diajak ngomong lagi, pandangannya kabur, pendengarannya, juga sudah pikun. Kalau pun ada orang datang dia mungkin enggak bisa melihat jelas. Diajak ngomong pun enggak bisa lagi," ujar Narsiem saat ditemui Kompas.com, Rabu (12/8/2020) sore.

Baca juga: Kisah Seorang Veteran Perang Dunia II yang Selesaikan Pendidikan di Usia 96 Tahun

Suami Narsiem itu adalah Sakiman yang berusia 110 tahun.

Sakiman dulunya seorang prajurit pejuang kemerdekaan RI yang pernah belajar dan berjuang bersama Jenderal Besar Soedirman.

Di Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sukiman tercatat sebagai veteran tertua.

Sukiman bukan pejuang 45 dari Pulau Sumatera.

Ayah 10 orang anak itu lahir di Purwokerto, Banyumas, 3 Maret 1910.

Dia meniti perjuangan sejak umur 15 tahun pada periode 1940-1950.


Saat ditemui di kediamannya di Jalan Tambun Barat, Gang Mangga, Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba, Narsiem mengatakan, di usia senja ini Sakiman berulang kali terjatuh.

Tempo hari, Sakiman terjatuh di kamar mandi saat mengambil air wudhu.

Menurut Narsiem, karena usia Sakiman sudah renta, ia harus berjalan dipapah dan pakai tongkat.

"Bulan lalu sempat jatuh, jadi badanya ini sudah dikusuk. Namanya juga sudah tua. Kalau dulu pas jelang 17-an dia masih bisa cerita kemerdekaan," kata Narsiem.

Tiga tahun silam, Sakiman bersama anggota LVRI Pematangsiantar masih mengikuti upacara HUT ke-72 RI di Lapangan Adam Malik Pematangsiantar.

Menurut Narsiem, pada saat itu adalah terakhir kalinya Sakiman mengikuti upacara 17 Agustus.

"Dulu masih mau bilang mau pergi upacara 17-an. Sekarang kek gini, dia enggak bisa apa-apa lagi. Mau bilang 17-an juga dia enggak tahu," ucap Narsiem.

Di masa pensiunnya, Sakiman bekerja keras untuk mencari kebutuhan hidup.

Ia bekerja serabutan mulai dari jadi pemecah batu dan bekerja sebagai buruh tani.

Dulu, tiap hari Senin dan Kamis, Sakiman menyempatkan ke kantor LVRI di Jalan Diponegoro Kota Pematangsiantar.

"Tiap bulan masih mengambil gaji ke BRI, dibonceng sama cucu naik kereta (sepeda motor), sekarang enggak bisa ngapa-ngapain lagi," ucap Narsiem.

Narsiem mengatakan, perayaan HUT ke-75 RI kali ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya.

Narsiem mengingat kembali saat dia memakaikan peci veteran dan seragam kebanggaan Sakiman jelang upacara kemerdekaan.

"17-an tahun ini enggak bisa lagi ikut upacara. Beda sama 17-an sebelumnya, kalau ada yang mau ngajak dia pergi, selalu ku bilang supaya dia dipulangkan ke rumah," kenang Narsiem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com