KOMPAS.com- Kepergian Hendry Jovinski (25), seorang staf Komisi Pemilihan Umum (KPU) Yahukimo menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.
Keluarga tak menyangka, Hendry pergi dengan cara ditikam oleh orang tak dikenal.
Dengan raut wajah pilu, sang ayah Sugeng Kusharyanto meminta keadilan.
Ia mengatakan, keluarga tak mungkin secara langsung membalas kematian putranya pada pelaku.
"Saya minta diusut tuntas, siapapun pelakunya ditangkap, kalau memang terbukti kasih hukuman yang setimpal atas perbuatannya, kita tidak mungkin membalas kematian anak kita," kata sang ayah.
Baca juga: Ucapan Pelaku Sebelum Tusuk Staf KPU Yahukimo: Kalian Orang Mana, Orang Indonesia? Mana KTP-nya?
Melansir Tribun Jogja, Hendry mendaftar sebagai ASN KPU RI pada tahun 2018.
Putranya yang lahir pada 4 Juni 1995 itu mulai ditugaskan di Yahukimo, Papua setahun yang lalu yakni sejak 2019.
"Tes tahun 2018 kemudian diterima Juni 2019. Saat ditempatkan di Yahukimo, dia senang tidak mengeluh tidak keberatan. Ia ingin menyumbang ilmunya di sana," kenang Sugeng.
Bahkan, kata Sugeng, Hendry sendiri yang memilih lokasi tugas di Papua.
"Saat mendaftar dirinya memilih Papua sebagai lokasi tugas, Hendry sendiri bekerja sebagai tenaga IT di sana," ujar dia.
Baca juga: Keluarga Minta Pelaku Pembunuhan Staf KPU Yahukimo Dihukum Setimpal
Meski keluarga sempat khawatir lantaran anaknya ditempatkan di Papua, rupanya tak demikian dengan Hendry.
Hendry justru pernah bermimpi menulis sebuah buku mengenai pengalaman bekerja di Papua.
"Saya menyarankan untuk Henry mencatat dan merekam kejadian di sana," kata dia.
Baginya, putranya itu adalah anak yang baik. "Hendry juga anak yang idealis," sang ayah mengenang sosok anak lelakinya.
Baca juga: Staf KPU yang Tewas di Yahukimo Dikenal Idealis, Punya Mimpi Tulis Buku
Apalagi, Hendry meninggal lantaran ditikam dan dibunuh oleh seseorang yang hingga kini masih dicari keberadaannya.
Penasaran dengan kematian sang anak, keluarga terus mencoba mencari tahu. Meski selama ini mereka lebih banyak mendapatkan informasi melalui media sosial.
"Saya sempat menanyakan detail kejadian yang menimpa Henry kepada Sekretaris KPU Yahukimo, tetapi dia tidak berani menjelaskan secara detail,” kata Sugeng.
"Kami hanya ingin mempertanyakan, apa niatnya (pelaku) sampai melukai dan menghabisi anak saya," ujar dia, seperti dilansir dari Tribun Jogja.
Sugeng sangat ingin tahu mengapa anaknya diserang.
"Anak saya bukan penentu pemenang Pilkada atau penentu siapa diterima sebagai caleg, tanda tangannya tidak dibutuhkan. Karena sebagai orang IT kan hanya di belakang layar,” kata Sugeng.
Baca juga: Permintaan Sang Ibu, Jenazah Staf KPU Yahukimo Dimakamkan di Yogyakarta
Sugeng dan keluarga menyimpan harapan besar agar kasus penyerangan di Distrik Dekai, Yahukimo, Selasa (11/8/2020) itu diusut tuntas.
Ia berharap pelakunya ditemukan dan dihukum setimpal.
"Tidak lebih, hanya minta keadilan. Pelaku penganiayaan Hendry segera diberikan hukuman setimpal, sengaja atau tidak sengaja (saat melakukan penganiayaan)," kata dia.
Jasad Hendry diterbangkan dari Papua ke Yogyakarta untuk dimakamkan di Yogyakarta pada Kamis (13/8/2020).
Baca juga: Staf KPU Yahukimo Papua Tewas Dibunuh, Korban Baru Setahun Bertugas
Namun, ketika mereka berdua mengendarai sepeda motor, seseorang menghentikan laju motornya.
Pria bercelana loreng dan berambut gimbal itu memegang senjata tajam.
Sebelum menusuk Hendry secara tiba-tiba, pelaku sempat menanyakan asal korban dan KTP-nya.
Hendry ditusuk hingga tewas oleh pelaku yang berjumlah lebih dari satu orang.
Saat ini, polisi melakukan pengejaran terhadap para pelaku.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Wisang Seto Pangaribowo, Dhias Suwadi, Fadlan Mukhtar Zain | Editor : Dony Aprian, Dheri Agriesta, David Oliver Purba) Tribun Jogja