Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Pembubaran Midodareni di Solo, Keluarga Diserang dan Kaca Mobil Dipecah

Kompas.com - 12/08/2020, 10:51 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pihak keluarg besar Assegaf bin Jufri yang menjadi korban penyerangan yang dilakukan sekelompok anggota ormas di Solo angkat bicara.

Penyerangan dilakukan saat upacara doa pernikahan di kawasan Mertodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo pada Sabtu (8/8/2020) malam.

Dilansir dari Tribunjateng.com, Memed, perwakilan keluarga Assegaf bin Juhri meceritakan jika malam itu adik perempuannya yang menjalani prosesi midodareni.

Setelah prosesi midodareni selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama keluarga. Memed menyebut acara tersebut tertutup dengan alasan acara internal keluarga.

Baca juga: Kasus Pembubaran Paksa Acara Midodareni di Solo, Kapolda Jateng: Kita Kejar Pelaku Lainnya

Di saat yang bersamaan, pihak keluarga mendengar teriakan dari luar.

Selang 10 menit kemudian, pintu rumah diketuk. Saaa dibuka, ada Kapolsek Pasar Kliwon Adis Dani Garta di depan pintu.

Kapolsek menanyakan kegiatan yang berlangsung di dalam rumah. Pihak keluarga pun menjelaskan jika mereka sedang menggelar acara midodareni.

"Beliau mohon izin masuk ke dalam kami persilahkan dan kemudian beliau minta keterangan perihal kegiatan apa yang tadi berlangsung," urai Memed kepada TribunSolo.com di Polresta Solo, Senin (10/8/2020).

"Setelah mendengar penjelasan kami, bapak Kapolsek mohon diri menyampaikan kepada pihak yang ada di luar," tambahnya.

Baca juga: Usut Kasus Penganiayaan dan Pembubaran Acara Midodareni di Solo, Polisi: Tak Ada Ruang bagi Kelompok Intoleran

Tak berselang lama, Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rifai juga mengetuk pintu dan melakukan hal serupa dengan Adis.

Sementara di luar, teriakan massa lebih keras. Oleh kepolisian, pihak tamu undangan dan keluarga dipersilahkan untuk meninggalkan lokasi acara.

"Yang teriak makin banyak dan makin keras kurang lebih 15 sampai 30 menit kemudian pintu gerbang diketok kemudian ada arahan dari bapak Kapolres," ujar Memed.

"Untuk tamu-tamu yang hadir di rumah keluarga ini dipersilahkan untuk meninggalkan area atas permintaan pihak-pihak di luar," imbuhnya.

Baca juga: 4 Orang Jadi Tersangka Kasus Pengeroyokan dan Perusakan Acara Midodareni di Solo

Saat itu Memed menuturkan, pihak keluarga meminta ada jaminan keamanan jika pihak keluarga diminta untuk meninggalkan lokasi acara.

Terlebih lagi, mereka juga hendak memenuhi undangan keluarga mempelai laki-laki.

Sayang, massa di luar enggan mengabulkan permintaan pihak keluarga dan tetap bertahan meminta mereka keluar.

"Itu tidak memungkinkan untuk keluar dengan aman," tutur dia.

Memed mengatakan pihak keluarga kemudian meminta polisi supaya memberikan jarak 50 sampai 100 meter antara mereka dan massa.

Baca juga: Mengecam, Menag Sebut Kekerasaan Acara Midodareni di Solo Tindakan Intoleransi

Permintaan dikabulkan dan keluarga yang memarkirkan mobil di luar kemudian keluar dan bergegas melajukan mobil.

Oleh massa, keluarga tersebut diintimidasi secara verbal.

"Mereka hanya mendapatkan intimidasi verbal dan tidak sampai kejadian fisik," ungkap dia.

Massa kemudian merangsek dan mendekati saat mobil CRV yang dikendarai keluarganya keluar dari dalam rumah.

Baca juga: Ganjar Dukung Pengusutan Kasus Pengeroyokan dan Perusakan Acara Midodareni di Solo

Kaca mobil di pecah, keluarga diserang

Ilustrasi pecahkan kaca dengan keramik busiceramics.org Ilustrasi pecahkan kaca dengan keramik busi
Tiba-tiba massa menyerang mobil dan memecahkan kaca. Mereka pun kembali masuk ke dalam rumah dan meminta pertimbangan kepada Kapolresta Solo.

Pihak keluarga kembali meminta pemberian jarak antara keluarga dan massa agar mereka bisa meninggalkan lokasi. Polisi pun mengusahakannya.

Tiga mobil pun berhasil keluar. Di belakangannya ada dua motor yang dikendarai Habib Umar Assegaf dan sang adiknya, Hussein Abdullah.

Namun, menurut Memed, Hussein dipukul massa secara bertubi-tubi dan sempat terjatuh. Hussein yang berusaha berdiri dihantam batu seukuran kurang lebih 20 cm.

Baca juga: Diduga Terlibat Pengeroyokan dan Perusakan Acara Midodareni di Solo, 2 Orang Diamankan

"Saat kena hantaman Hussein jatuh tidak bisa berdiri," katanya.

Umar, lanjut Memed, tidak bisa berbuat apa-apa saat sang adik menerima itu semua. Di saat bersamaan ia juga mendapat perlakuan yang sama saat berboncengan dengan Hadi, putranya.

"Umar dan putranya juga menghadapi pukulan dan tendangan mencoba agak melajukan kendaraan," tutur Memed.

"Di situ tetap dirangsek oleh pihak yang di luar dan kena pukul di dagu sebelah kiri," tambahnya.

Baca juga: PAN Usung Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Solo

Umar yang terjatuh lantang melindungi anaknya dari massa yang terus memukul.

"Beliau menderita pukulan dengan batu, kayu, tangan kosong, dan diinjak kepalanya," kata Memed.

"Posisi Umar terjepit motor yang jatuh kemudian pak umar teriak kaki saya patah," imbuhnya.

Mendengar teriakan Umar, polisi lantas berusaha menghalau massa dan segera membawa ketiganya ke rumah sakit.

Awalnya mereka dirujuk ke rumah sakit Islam Kustati sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit Indriarti Solo Baru.

"Selang 3 menit, massa langsung membubarkan diri," kata dia.

Baca juga: Guru SMP Meninggal karena Covid-19, Istri Tertular, Pernah Liburan Keluarga ke Solo

Polisi tangkap pelaku pengeroyokan

Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi dalam konferensi pers di Solo, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2020).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi dalam konferensi pers di Solo, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2020).
Kurang dari 24 jam, polisi mengamankan dua orang yang diduga kuat melakukan pengeroyokan.

Sebelum mengamankan dua orang, polisi juga sudah memeriksa sembilan orang yang melihat kejadian tersebut.

"Kalau apabila waktu yang ditetapkan tidak ada keinginan atau iktikad baik untuk menyerahkan diri, kami akan melakukan penangkapan dengan cara kami. Karena perbuatan mereka sudah jelas mencoreng kebhinekaan yang ada di negara kita," kata Kapolres.

Ia mengatakan pengeroyokan dilakukan karena kegiatan yang digelar tak sesuai dengan mereka.

Baca juga: PSI Bakal Sumbangkan 15.000 Suara untuk Paslon Gibran-Teguh di Pilkada Solo 2020

Sementara itu Kapolda Jawa Tengah ( Jateng) Irjen Pol Ahmad Luthfi menegaskan akan mengusut tuntas kasus dugaan penganiayaan dan pembubaran acara midodareni di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sabtu (8/8/2020).

"Kita sudah mengantongi nama-nama para pelaku yang akan kita lakukan pengejaran. Dan saya Kapolda Jawa Tengah sudah perintahkan kepada seluruh Kapolres tidak ada tempat bagi kelompok (intoleran) di wilayah hukum Jawa Tengah, apalagi di Solo," tandas dia.

Kapolda Jawa Tengah tersebut juga menegaskan komitmen polisi untuk melawan anarkisme dan intoleransi.

"Kita tidak akan berikan ruang pada aksi intoleran," tegasnya, dilansir dari TribunSolo.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Michael Hangga Wismabrata)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Cerita saat Habib Umar Assegaf Dipukuli & Diinjak Kepalanya Oleh Ormas di Solo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com