Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/08/2020, 14:54 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Fenomena gumpalan awan berbentuk gelombang tsunami terlihat di langit Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat pada pada Senin (10/8/2020).

Awan tersebut dikenal sebagai awan Arcus atau sering disebut awan tsunami.

Awan tersebut sempat membuat warga Meulaboh terkejut. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan mitos-mitos kebencanaan.

Munculnya awan tsunami tersebut hanya berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu awan terbawa angin dan cuaca mendung sepanjang hari.

Baca juga: Kesaksian Warga yang Melihat Penampakan Awan Tsunami di Meulaboh: Menakutkan Sekali...

Menurut Aidil salah satu warga Meulaboh mengatakan, banyak masyarakat yang mengabadikan momen tersebut.

“Warga memang terkejut ya, selain heran, mereka juga banyak yang mengabadikan fenomena alam ini dengan telepon selulernya, juga tidak sedikit mengaitkan dengan mitos-mitos kebencanaan," jelas Aidil.

"Tapi fenomena ini tidak berlangsung lama, hanya setengah jam kemudian awan terbawa angin, lalu cuaca pun mendung sepanjang hari,” lanjutnya.

Hal yang sama juga disampaikan warga lainnya, Sabrina. Ia mengatakan munculnya awan menyerupai tsunami tersebut sempat membuat warga takut.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan Lengkap BMKG soal Awan di Meulaboh yang Disebut seperti Tsunami

“Kami juga sempat takut melihat awan yang begitu hitam pekat, menakutkan sekali. Jarang ada peristiwa seperti ini,” katanya.

Sementara itu Abdurrani (50) mengatakan kemunculan awan itu mirip seperti gelombang tsunami yang mengerikan pada tahun 2004 silam.

“Perasaan saya tadi pagi saat menyaksikan gumpalan awan raksasa seakan mirip dengan gelombang tsunami, sebab penampakannya sangat mengerikan,” ujarnya dikutip dari Serambinews.com.

Sementara itu Kasi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria mengatakan awan tsunami adalah fenomena yang langka.

Baca juga: Penampakan Awan Tsunami di Meulaboh, Berlangsung Setengah Jam dan Gegerkan Warga

Ia menyebutkan, awan tsunami adalah bagian dari awan kumulonimbus yang bisa memicu angin kencang hinga hujan es.

Biasanya awan tsunami terjadi daerah yang tak begitu luas sehingga tidak dapat dipantau satelit.

"Awan ini merupakan bagian dari awan CB (kumulonimbus). Awan ini merupakan awan rendah dan biasanya berada pada satu level (single level)," katanya.

"Awan ini juga dapat menimbulkan angin kencang, hujan lebat, bisa juga terjadi kilat, petir, angin puting beliung atau hujan es," lanjut Zakaria.

Baca juga: Heboh Awan Gelombang Tsunami di Meulaboh, BMKG: Bisa Timbulkan Angin Kencang dan Hujan Es

Untuk itu, ia mengimbau agar warga tak berada di lokasi terbuka jika melihat awan tersebut.

Hal yang sama juga dijelaskan Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko.

Menurutnya fenomena awan bergulung ini disebut sebagai awan roll atau roll cloud.

Ia menyebutnya sebagai fenomena alami yang biasa terjadi. Roll cloud adalah salah satu jenis awan Arcus (Arcus cloud).

Menurut Hary, terdapat dua jenis awan Arcus, yaitu shelf clouds dan roll clouds.

Baca juga: Awan Mirip Tsunami di Meulaboh Aceh, Benarkah Pertanda Bencana Alam?

Awan Arcus merupakan awan rendah, panjang, dan tipis yang terkait dengan awan hujan disertai kilat atau petir, dan angin kencang.

"Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus," ujar Harry, saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/8/2020).

Awan ini berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang, jika awan tersebut mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.

Biasanya, hal ini terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.

"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya.

Baca juga: [POPULER TREN] Beda PNS dan ASN | Penjelasan BMKG soal Video Viral Awan Tsunami

Pernah muncul di Kepulauan Selayar

Viral foto dan video fenomena awan tsunami di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.Facebook: Putra Siswanto Viral foto dan video fenomena awan tsunami di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Fenomena serupa juga sempat terekam di langit Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada Rabu, 8 Januari 2020 silam.

Kala itu video dan foto fenomena awan tsunami viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Facebook Putra Siswanto.

Terlihat gumpalan awan berwarna gelap dan terang di langit Kepulauan Selayar.

Saat dikonfirmasi, Putra mengatakan foto dan video tersebut direkam saat apel kesiapsiagaan di wilayah Kabupaten Selayar skeitar pukul 07.45 Wita.

Terkait fenomena tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa kejadian "awan tsunami" dikategorikan dalam jenis awan stratus.

Baca juga: Viral, Fenomena Awan Tsunami di Kepulauan Selayar, Ini Penjelasannya

"Pada foto/video itu terlihat jenis awan stratus. Setidaknya ada 2 lapis. Yang terang itu awan stratus yang lebih tinggi," ujar Thomas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Ia menyebut jika awan stratus terbentuk karena pertemuan udara hangat yang mengandung uap air dengan udara dingin di ketinggian tertetu.

Selain itu, bentuk awan jenis stratus ini juga ditentukan dengan dinamika atsmosfer di daerah pembentukan awan.

Artinya, jika dinamika atmosfer itu aktif, maka diperkirakan dapat makin tebal membentuk awan stratonimbus (awan hujan lembaran).

Baca juga: Muncul Awan Tsunami di Makassar, Bisakah Picu Puting Beliung?

Adapun awan stratonimbus akan buyar dengan turunnya hujan, atau menipis karena tertiup angin.

"Ada yang berbentuk lembaran, disebut awan stratus. Dan ada yang berbentuk gerombolan awan, disebut kumulus," ujar Thomas.

Meski begitu, kemungkinan muncul awan stratus ini bisa terjadi di mana saja baik siang hari maupun malam hari.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Daspriani Y Zamzami, Mela Arnani Retia Kartika Dewi | Editor: Aprillia Ika,, Inggried Dwi WedhaswarySari Hardiyanto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Regional
Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Regional
Atasi Ketimpangan Sosial, Bupati Bandung Sarankan Pemerintah Berlakukan Mandatory Spending

Atasi Ketimpangan Sosial, Bupati Bandung Sarankan Pemerintah Berlakukan Mandatory Spending

Regional
Lewat 'Gubug Sinau', Dompet Dhuafa Hadirkan Wadah Mengaji bagi Lansia

Lewat "Gubug Sinau", Dompet Dhuafa Hadirkan Wadah Mengaji bagi Lansia

Regional
Kemendikbud Ristek Tindak Lanjuti Pendirian Politeknik Murakata, Wabup HST: Kami Siap Dukung Anggaran dan Kebijakan

Kemendikbud Ristek Tindak Lanjuti Pendirian Politeknik Murakata, Wabup HST: Kami Siap Dukung Anggaran dan Kebijakan

Regional
Sing Along Bareng Radja Band Guncang Festival Cisadane Kota Tangerang 2023

Sing Along Bareng Radja Band Guncang Festival Cisadane Kota Tangerang 2023

Regional
Festival Cisadane 2023 Bangkitkan Perekonomian Kota Tangerang, Okupansi Hotel Berhasil Tembus 80 Persen

Festival Cisadane 2023 Bangkitkan Perekonomian Kota Tangerang, Okupansi Hotel Berhasil Tembus 80 Persen

Regional
Jembrana Kembali Raih Penghargaan Kabupaten Sehat, Bupati Tamba: Ini Kerja Keras Bersama

Jembrana Kembali Raih Penghargaan Kabupaten Sehat, Bupati Tamba: Ini Kerja Keras Bersama

Regional
Raih 2 Gelar Juara, Kota Tangerang Dominasi Ajang Tangerang Open National Yoga Asana 2023

Raih 2 Gelar Juara, Kota Tangerang Dominasi Ajang Tangerang Open National Yoga Asana 2023

Regional
Peringati HGN, Pemkot Tangerang Santuni 1.000 Anak Yatim

Peringati HGN, Pemkot Tangerang Santuni 1.000 Anak Yatim

Regional
Tanam Pohon Bersama PLN, Walkot Arief Minta Masyarakat Jaga Lingkungan dan Hemat Listrik

Tanam Pohon Bersama PLN, Walkot Arief Minta Masyarakat Jaga Lingkungan dan Hemat Listrik

Regional
Gubernur Sabran Yakin Tambak Udang di Kalteng Tingkatkan PAD dan Jadi Komoditas Ekspor Andalan

Gubernur Sabran Yakin Tambak Udang di Kalteng Tingkatkan PAD dan Jadi Komoditas Ekspor Andalan

Regional
Festival Teluk Tamiyang 2023 Hadirkan Upacara Adat hingga Hiburan Rakyat

Festival Teluk Tamiyang 2023 Hadirkan Upacara Adat hingga Hiburan Rakyat

Regional
Gubernur Khofifah Launching ATM Samsat QRIS pada HUT Ke-61 Bapenda Jatim

Gubernur Khofifah Launching ATM Samsat QRIS pada HUT Ke-61 Bapenda Jatim

Regional
Wabup Rendi Ajak Masyarakat Kukar Meriahkan Koba Fest 2023, Ada Armada dan Kiki 'Pantura 4'

Wabup Rendi Ajak Masyarakat Kukar Meriahkan Koba Fest 2023, Ada Armada dan Kiki "Pantura 4"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com