Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Diterkam Buaya Saat Mencuci di Sungai | Oknum Polisi Jadi Pengedar Narkoba

Kompas.com - 09/08/2020, 06:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Peristiwa seorang ibu tewas dimangsa seekor buaya di Mamuju, Sulawesi Barat, menyita perhatian pembaca di hari kemarin.

Ibu yang yang bernama Nila (45) diterkam saat mencuci pakaian di Sungai Barakang, Desa Barakang, Mamuju Tengah.

Saksi mengatakan, hewan buat itu dengan cepat menyambar korban dan menyeretnya ke dalam sungai.

Sementara itu, berita dua oknum polisi menjadi pengedar narkoba juga mendapat sorotan pembaca.

Dua oknum polisi itu diketahui berdinas di Polda Jawa Timur.

Berikut ini berita populer nusantara secara lengkap:

1. Dua oknum polisi jadi pengedar narkoba

Polisi menunjukkan para tersangka kasus narkotika, di mana dua di antaranya oknum polisi.surya.co.id/firman rachmanudin Polisi menunjukkan para tersangka kasus narkotika, di mana dua di antaranya oknum polisi.

Kasus dua oknum polisi berinisial R (34) dan A (36) terlibat kasus peredaran narkoba di wilayah Jatim terus diselidiki.

Selain dua oknum polisi, anggota Polrestabes Surabaya juga menangkap empat pelaku lainnya berinisial MF (28), F (21), dan pasangan suami istri MZ (18) dan L (27) yang merupakan pemandu lagu di salah satu karaoke.

Kasat Resnarkoba Polrestabes Surabaya, AKBP Memo Ardian mengatakan, para tersangka ditangkap di lokasi berbeda.

Baca berita selengkapnya: 2 Oknum Polisi Pengedar Narkoba Ditembak karena Melawan Saat Ditangkap

2. Tewas diterkam buaya saat cuci baju di sungai

Ilustrasi buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) Ilustrasi buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)

Warga Desa Barakang, Kecamatan Budong-budong, Mamuju Tengah, dibuat heboh saat mengetahui Nila tewas diterkam buaya.

Peristiwa itu terjadi pada Selasa (4/8/2020) sekitar pukul 06.30 Wita. Awalnya korban sedang mencuci pakaian dan mandi.

Tanpa sadar, tiba-tiba seekor buaya berukuran cukup besar menerkamnya.
Menurut polisi, saksi berupaya menolong korban, tetapi sudah diseret buaya masuk ke sungai.

Baca berita selengkapnya: "Korban dan Buaya Sempat Muncul ke Permukaan Air, lalu Masuk Kembali dan Menghilang"

3. Ayah perkosa anak tiri hingga hamil

Kapolresta Cirebon Kombes Pol M Syahduddi bersama Wakapolresta ABKP Arif Budiman, dan Kasat Reskrim Kompol Rina Perwitasari, menunjukan sejumlah barang bukti tindakan pemerkosaan yang dilakukan ayah tiri kepada putrinya sendiri di Mako Polresta, Kamis (7/8/2020)MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Kapolresta Cirebon Kombes Pol M Syahduddi bersama Wakapolresta ABKP Arif Budiman, dan Kasat Reskrim Kompol Rina Perwitasari, menunjukan sejumlah barang bukti tindakan pemerkosaan yang dilakukan ayah tiri kepada putrinya sendiri di Mako Polresta, Kamis (7/8/2020)

Polisi terus mendalami keterangan K, pelaku pencabulan terhadap anak tirinya, di Cirebon.

Kapolresta Cirebon Kombes Pol M Syahbudi mengatakan, aksi bejat pelaku dilakukan sebanyak lima kali dari tahun 2019 hingga 2020.

"Dari pengakuan pelaku, sudah meniduri korban selama lima kali," ujarnya dikutip dari Antara.

Aksi itu dilakukan saat istri pelaku tak berada di rumah. Bahkan, pelaku juga pernah memerkosa korban saat istrinya sedang tidur di kamar.

Baca berita selengkapnya: Ayah Perkosa Anak Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tutupi Perbuatan Pelaku, Terbongkar Setelah Melahirkan

4. Pernyataan kontroversi Menteri Muhadjir Effendy soal pernikahan

Dedi Mulyadi akhirnya berdamai dengan Mak Adis setelah anggota DPR itu dipukul dengan ember di Rawalele, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). handout Dedi Mulyadi akhirnya berdamai dengan Mak Adis setelah anggota DPR itu dipukul dengan ember di Rawalele, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020).

Akhir-akhir ini, pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy soal kemiskinan baru yang muncul akibat keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin lagi, menuai tanggapan.

Salah satunya dari Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Dedi mengatakan, logika jodoh tidak bisa menggunakan pendekatan material.

Sebab, pernikahan itu adalah masalah hati dan garis nasib. Soal jodoh tidak bisa diatur oleh negara.

"Yang diatur negara bukan kawinnya, tetapi regulasi bahwa perkawinan tidak melahirkan kemiskinan baru," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Sabtu (8/8/2020).

Baca berita selengkapnya: Pemerintah Diminta Buat Aturan Larangan Keluarga Miskin Gelar Pesta Nikah

5. Kritik pengamat soal zona hijau Kota Tegal

Hamidah AbdurrachmanKOMPAS.com/Tresno Setiadi Hamidah Abdurrachman

Menurut Pengamat Kebijakan Publik, Hamidah Abdurrachman, kepala daerah saat ini sibuk pencitraan dan terkesan enggan melakukan test massal.

Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu pemicu melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Tegal.

"Sibuk pencitraan, masyarakat jadi korban. Dari awal sudah diingatkan agar dilakukan test massal terhadap masyarakat, bisa bertahap tapi pasti. Namun malah euforia berlebihan zona hijau," kata Hamidah, Jumat (7/8/2020).

Baca berita selengkapnya: Kasus Covid-19 di Kota Tegal Melonjak, Pengamat: Pemkot Terlalu Euforia Zona Hijau

(Penulis: Kontributor Tegal, Tresno Setiadi | Editor: Khairina, Farid Assifa, Candra Setia Budi, Phytag Kurniati, David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com