KOMPAS.com- Upah yang kecil tak lantas membuat semangat Elivina Nawu (33) padam.
Sebagai guru honorer yang telah mengabdi selama 9 tahun di Flores, NTT, Elivina hanya mendapatkan penghasilan Rp 200.000 per bulan.
Ia bahkan terpaksa berjualan kemiri di sela mengajar, demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan dua anaknya.
Satu hal yang membuat semangat Elivina masih membara, yakni melihat murid-muridnya menjadi anak yang cerdas.
"Saya termotivasi untuk mencerdaskan anak bangsa. Walaupun upah yang diterima tidak sesuai dengan apa yang saya kerjakan selama ini," tutur dia.
Baca juga: Kisah Nenek Uho, Sakit Sendirian, Ditemukan Pakai Sarung Bercampur Kotoran Hewan
Meski jam mengajarnya cukup tinggi, penghasilannya jauh dari kata layak. Belum lagi dia memiliki dua orang anak.
“Saya sudah mengajar di SDI ajang sejak 1 Oktober 2011. Saya mengajar selama 26 jam per minggu. Gaji saya Rp 200.000 per bulan dari komite sekolah,” kata Elivina
Ternyata, gaji itu pun sudah tidak diterima sejak 2018.
Dia hanya menerima tambahan penghasilan (tamsil) dari Pemda Manggarai Timur sebesar Rp 500 ribu per bulan.
Karena sifatnya tambahan, waktu pencairan tamsil juga tidak pasti. Pernah dia menerima tamsil setelah delapan bulan.
Namun yang dia peroleh juga tidak penuh, yakni baru tamsil tiga bulan pertama.
Baca juga: Dulu Gaji Saya Rp 430.000 Per 3 Bulan, Alhamdulillah Naik Rp 720.000 Per 4 Bulan