Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Elivina, 9 Tahun Jadi Guru Honorer Terima Gaji Rp 200.000 per Bulan

Kompas.com - 08/08/2020, 18:23 WIB
Kontributor Sumba, Ignasius Sara,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

WOJANG, KOMPAS.com - Upah tidak sesuai dengan beban kerja dan tenaga yang terkuras selama bertahun-tahun demi mencerdaskan anak bangsa.

Itulah yang dialami Elivina Nawu (33), seorang guru honorer di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Ajang, Desa Persiapan Ajang, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Perjalanan Terduga Pelaku Fetish Kain Jarik, Ditangkap Tanpa Perlawanan di Kampung Halaman

SDI Ajang berjarak sekitar 60 kilometer dari Borong yang merupakan pusat dari Kabupaten Manggarai Timur.

Elivina telah mengajar sebagai guru honorer di sekolah itu sejak 2011. Dalam seminggu, ia mengajar sebanyak 26 jam.

Meski sudah sembilan tahun mengabdi dengan jam mengajar tinggi, penghasilan yang diterima Elvina rendah, Rp 200.000 per bulan.

“Saya sudah mengajar di SDI ajang sejak 1 Oktober 2011. Saya mengajar selama 26 jam per minggu. Gaji saya Rp 200.000 per bulan dari komite sekolah,” kata Elivina kepada Kompas.com di Wojang, Kamis (6/8/2020) siang.

Elivina mengungkapkan, honor Rp 200.000 itu tak cukup memenuhi kebutuhannya. Apalagi, ada dua anak yang harus dibiayai Elivina.

Sejak 2018, Elivina mengaku tak menerima gaji. Ia hanya mendapatkan tambahan penghasilan (tamsil) sebesar Rp 500.000 per bulan. Tamsil itu diberikan Pemda Manggarai Timur.

Namun, karena tamsil hanya bersifat tambahan, waktu pencairan uang itu tak menentu.

Terkadang, uang tamsil baru cair setelah delapan bulan. Itu pun hanya uang tiga bulan pertama yang diterimanya.

Baca juga: Tanam Sayur di Pekarangan Selama Pandemi, Ibu-ibu Ini Raup Belasan Juta Rupiah

Elivina melanjutkan, honor yang kecil tidak menghalangi semangatnya untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa.

“Saya termotivasi untuk mencerdaskan anak bangsa. Walaupun upah yang diterima tidak sesuai dengan apa yang saya kerjakan selama ini,” kata Elivina.

 

Mengajar selama pandemi Covid-19 juga memberikan tantangan tersendiri. Elivina harus berjalan kaki sekitar tiga kilometer melewati hutan dan sungai untuk mengunjungi rumah para muridnya.

Menjual kemiri

Kini, Elivina bersama kedua putrinya tinggal di rumah orangtuanya yang berprofesi sebagai petani.

Untuk bertahan hidup, Elivina juga membantu orangtuanya bekerja. Ia memikul buah kemiri dalam jumlah banyak sembari berjalan belasan kilometer.

Baca juga: Jual Mi Ayam Rp 5.000 Per Porsi Saat Pandemi, Warung Pedagang Ini Ramai Pembeli

Buah kemiri itu nantinya dijual untuk mendapatkan uang sebagai biaya hidup sehari-hari.

Elivina berharap pemerintah memperhatikan kesejahteraan guru honorer.

“Bulan ini bangsa Indonesia merayakan HUT Kemeredekaan ke-75 tahun dengan tema Indonesia Maju. Tetapi nasib guru honorer belum merdeka,” ujar Elivina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com