Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Nurmiyanti Jadi Tukang Pijat demi Sekolah Anak, Pulang Dini Hari hingga Pernah Tak Dibayar

Kompas.com - 08/08/2020, 09:24 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SELAYAR, KOMPAS.com - Nurmiyanti (43), warga asal Jalan S Parman, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, menjadi tukang pijit keliling demi membiayai anak-anak bersekolah.

Sejak bercerai dengan suaminya, peran Nurmiyanti kini bertambah. Ia harus menjadi ibu sekaligus ayah.

Nurmiyanti melakoni pekerjaan jadi tukang pijat sudah sembilan tahun sejak tahun 2012.

Ia mencari pelanggan dengan berkeliling mengayuh sepeda dari rumah ke rumah meski lutut kanan tidak bisa berfungsi dengan normal.

Baca juga: Kisah Istri-istri Tangguh yang Jadi Tulang Punggung Keluarga Saat Suami Sakit

Menjadi tukang pijit adalah jalan satu-satunya Nurmayanti agar ketiga anaknya bisa menggapai cita-cita.

"Berharap anak-anak bisa mencapai cita-citanya. Cukup saya yang menjadi tukang pijat," kata Nurmiyanti saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Pernah tak dibayar

Nurmiyanti mengungkapkan, ia pernah meneteskan air mata karena ban sepeda bekas itu kempis di tengah jalan. 

"Jadwal memijat tidak menentu, pernah pulang sekitar pukul 01.00 Wita. Saat itu ban sepeda kempis. Hanya bisa menangis sambari menghubungi sepupu untuk datang menjemput," tuturnya.

Tak hanya itu, cobaan lain ketika memijat, ada orang yang tidak membayar.

"Pernah ada saya pijat tapi tidak bayar. Padahal banyak uangnya itu orang tapi memang tidak mau membayar. Saya ikhlas meski tidak diberikan uang. Dan, yakin akan ada rezeki yang lain," tuturnya.

Padahal Nurmiyanti saat memijat tidak mengenakan tarif, seikhlasnya. Sementara ia memijat memakan waktu satu sampai dua jam. Kadang ia diberi upah Rp 10.000 sampai Rp 50.000.

Perempuan yatim itu kini numpang tinggal di rumah orangtua bersama anak pertamanya. Sementara kedua anaknya ada yang bersekolah di madrasah aliyah setingkat SMA dan mondok di Pesantren Babussalam Selayar.

Nurmiyanti sampai saat ini terus bekerja keras untuk membiayai sekolah anak-anak dan membeli tanah untuk rumah.

"Semoga nanti ada rezeki bisa beli tanah. Nanti akan buat rumah sendiri, biar gubuk kecil tapi tidak apa -apa," tuturnya.

Dalam sehari, ia kadang mendatangi lima orang untuk dipijat. Namun Nurmiyanti tidak mengetahui apa alasan mereka menyukai cara memijatnya, padahal di Selayar banyak tukang pijat.

Hingga saat ini pelanggan Nurmiyanti semakin banyak, mulai dari pejabat, dokter dan warga.

Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, sebelumnya ia pernah berkerja di tempat laundri, jadi tukang cuci door to door dan perias pengantin. Bahkan ia pernah berjualan roti goreng keliling.

Nurmiyanti berharap agar ia tetap sehat agar bisa terus bekerja demi menghidup keluarganya.

Baca juga: Perjuangan Deasy, Narik Ojol Ditemani Anak demi Sambung Hidup

Ia juga bersyukur karena mendapat bantuan sembako dari pemerintah.

Dapat bantuan PKH

Dihubungi terpisah, Koordinator PKH Kabupaten Kepulauan Selayar, Usman Nur mengatakan bahwa Nurmiyanti mendapat bantuan PKH dan bantuan pangan non tunai (BPNT) sejak bulan Juli 2020.

"Ada pun bantuan PKH berupa uang Rp 120.000 dan bantuan BPNT beras 10 kilogram. Bantuan ini akan diterima setiap bulan," kata Usman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com