Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2020, 16:36 WIB
Editor Rachmawati

KOMPAS.com - Data ekonomi terbaru menunjukkan 'resesi sudah di depan mata'. Pemerintah berusaha menggenjot daya beli masyarakat untuk menggerakkan perekonomian.

Pengamat menilai sebaiknya pemerintah memaksimalkan bantuan pada petani sebagai yang 'paling terdampak' pada masa pandemi Covid-19.

Berbeda dengan kelompok lain, petani berperan sebagai produsen dan konsumen sekaligus. Ini membuat petani merasakan dampak yang lebih parah dibanding pekerja, buruh, dan kelompok lainnya.

Baca juga: Petani Tewas Tersangkut Kawat Jebakan Tikus Beraliran Listrik

"[Kelompok masyarakat] dari sektor buruh dan menengah ke bawah juga sangat terdampak, apalagi mereka di-PHK, sudah sama sekali tidak ada penghasilan."

Tapi petani lebih terdampak karena untuk menanam itu [modalnya] besar, bahkan utang dulu sebelum panen. Sektor lainnya penghasilan nol, tapi kalau petani ini bisa minus, bahkan untuk bayar utang tidak ada uang," kata Dian Utami, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sejauh ini pemerintah mengumumkan insentif bagi petani dan nelayan berupa program jaring pengaman sosial, subsidi bunga kredit melalui keringanan pembayaran angsuran, pemberian stimulus untuk modal kerja, dan melalui kebijakan untuk kelancaran rantai produksi).

Baca juga: Jerit Petani, Sawah Kebanjiran, Terpaksa Panen Padi Muda dari Atas Perahu

Triswanto, petani tomat: 'Sudah tak mampu lagi'

Triswanto, petani tomat di lereng Merapi, Boyolali, Jawa Tengah terpukul dengan harga jual yang anjlokFAJAR SHODIQ/BBC INDONESIA Triswanto, petani tomat di lereng Merapi, Boyolali, Jawa Tengah terpukul dengan harga jual yang anjlok
Jauh dari hiruk pikuk, di lereng Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah. Sejumlah petani mengutarakan kegundahan mereka kepada BBC Indonesia.

Triswanto salah satunya. Petani tomat ini terpaksa memanen awal karena mengaku sudah tak mampu merawat 4.000 tanaman tomat yang ditanamnya.

Kerugiannya, jangan ditanya.

"Petani di sini parah terdampaknya. Harga tomat [hijau] seperti ini hanya Rp1.000 per kilogram sedang tomat merah Rp1.500 per kilogram," kata Triswanto di sela-sela membungkus tomat hasil panennya.

Baca juga: Petani Bisa Pilih Skema Tarif PPN 1 Persen

Harga itu sangat jauh dari patokan harga normal yang berkisar Rp 5.000 per kilogram.

"Turunnya harga karena tidak ada pembeli," keluhnya.

Dengan harga jual tomat saat ini, Triswanto tidak lagi mampu menutupi biaya produksi penanaman mulai dari membeli bibit, pupuk hingga biaya tenaga.

"Harga jual tomat Rp1.000 - Rp1.500 itu untuk menutupi biaya pembelian obatnya saja tidak bisa, apalagi untuk menutupi semua biaya produksi," ujarnya.

Padahal total biaya yang telah dihabiskan Triswanto mencapai kisaran Rp 4 juta.

Akhirnya sebelum masa panen, ia memilih memanen lebih awal, "Ini dipetik lebih awal supaya nggak rugi karena untuk membeli obat sudah tidak mampu lagi."

Baca juga: Lahan Pertanian di Siak Diserang Hama, Mentan Ajak Petani Setempat Ikut Asuransi

Jono, petani cabai: "Harga hancur"

Petani cabai di lereng Merapi, Boyolali, Jawa Tengah mengeluhkan harga yang hancurFAJAR SHODIQ/BBC INDONESIA Petani cabai di lereng Merapi, Boyolali, Jawa Tengah mengeluhkan harga yang hancur
Petani lain di lereng merapi, Jono. Sehari-hari ia menanam cabai, salah satu komoditas pangan yang terdampak deflasi bulan lalu.

"Sebagai petani cabai terdampak sekali dan terpukul adanya [wabah virus] corona," katanya.

Saat ini harga jual cabai rawit turun drastis menjadi Rp7.000 per kilogram. Padahal harga normal cabai awalnya bisa mencapai Rp20.000 per kilogram.

"Kalau harga Rp 20 ribu itu petani masih tertolong lah. Tapi kalau Rp 7.000 itu harga jualnya hancur," ucapnya.

Baca juga: Harga Lada Merangkak Naik, Petani: Ini Kabar Baik

Jono lalu menceritakan tersendatnya penjualan cabai ke luar Boyolali. Sebelumnya, cabai petani Boyolali itu bisa menembus pasar hingga ke Jakarta dan Kalimantan.

"Biasanya cabai sini dibawa ke Kalimantan dan Jakarta tapi sejak ada [wabah virus] corona tidak bisa di bawa kemana-mana," katanya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cerita di Balik Keindahan Nepal Van Java dan Peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo

Cerita di Balik Keindahan Nepal Van Java dan Peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo

Regional
Bupati Wonogiri: Pancasila Jadi Filter agar Bangsa Tidak Alami Disorientasi

Bupati Wonogiri: Pancasila Jadi Filter agar Bangsa Tidak Alami Disorientasi

Regional
Sebelas Serigala Berbulu Domba!

Sebelas Serigala Berbulu Domba!

Regional
Jadi Pembicara BOSF, Kang Emil Ajak Generasi Muda Perkuat Semangat untuk Bawa Perubahan

Jadi Pembicara BOSF, Kang Emil Ajak Generasi Muda Perkuat Semangat untuk Bawa Perubahan

Regional
Manfaat Program Sekoper Cinta Telah Dirasakan Banyak Perempuan di Jabar

Manfaat Program Sekoper Cinta Telah Dirasakan Banyak Perempuan di Jabar

Regional
Genjot Sektor Pertanian hingga Kesehatan, Pemerintah Ingin Masyarakat Rasakan Manfaat Pembangunan di Sumsel

Genjot Sektor Pertanian hingga Kesehatan, Pemerintah Ingin Masyarakat Rasakan Manfaat Pembangunan di Sumsel

Regional
Gubernur Kaltara Terima Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Gubernur Kaltara Terima Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Regional
Jangan Lupakan Mereka yang Mengalami Musibah

Jangan Lupakan Mereka yang Mengalami Musibah

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 7 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Semua Milik Rakyat

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 7 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Semua Milik Rakyat

Regional
Dampingi Pangdam Jaya, Walkot Benyamin Resmikan Dua Koramil Baru di Tangsel

Dampingi Pangdam Jaya, Walkot Benyamin Resmikan Dua Koramil Baru di Tangsel

Regional
Cerita 2 Petani Milenial yang Sukses Raup Omzet Fantastis dari Berjualan Sayur hingga Kopi

Cerita 2 Petani Milenial yang Sukses Raup Omzet Fantastis dari Berjualan Sayur hingga Kopi

Regional
Wisuda 4.095 Petani Milenial, Kang Emil Ingin Ada Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Berkelanjutan

Wisuda 4.095 Petani Milenial, Kang Emil Ingin Ada Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Berkelanjutan

Regional
Rasio Ketergantungan Penduduk di Kota Metro Capai 42,32 Persen, Siap Menuju Metro Emas 2037

Rasio Ketergantungan Penduduk di Kota Metro Capai 42,32 Persen, Siap Menuju Metro Emas 2037

Regional
Herman Deru Minta Semua Pihak Dukung Program Sosial dan Pemberdayaan bagi Lansia

Herman Deru Minta Semua Pihak Dukung Program Sosial dan Pemberdayaan bagi Lansia

Regional
Reformasi Birokrasi Jekek di Wonogiri Berhasil, Ketua Komisi III DPR: Sosok Berkelas

Reformasi Birokrasi Jekek di Wonogiri Berhasil, Ketua Komisi III DPR: Sosok Berkelas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com