Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Ekonomi Jabar Kuartal II-2020 Minus 5,98 Persen

Kompas.com - 07/08/2020, 12:36 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Perekonomian Jawa Barat kuartal II-2020 (April-Juni) mengalami kontraksi menjadi minus 5,98 persen (year on year-yoy), setelah kuartal I 2020 (Januari-Maret) tumbuh melambat 2,73 persen (yoy).

“Kontraksi tersebut bahkan lebih dalam dibanding pertumbuhan ekonomi nasional sebesar -5,32 persen (yoy),” ujar Direktur Eksekutif Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar, Herawanto dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (7/8/2020).

Herawanto menjelaskan, penurunan pertumbuhan terjadi pada komponen pengeluaran atau sisi permintaan, maupun aktivitas sektor-sektor ekonomi.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Ekonomi Jabar Minus 5 Persen akibat Pandemi Corona

Sebagian besar lapangan usaha utama di Jabar mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Antara lain industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi.

Medki demikian, pandemi memberikan dampak positif pada sektor informasi dan komunikasi, akibat meningkatkan kebutuhan komunikasi selama periode work from home (WFH) dan pembelajaran online

Begitupun dengan sektor pertanian, tumbuh positif seiring dengan panen raya yang berlangsung di Jabar.

“Sesuai perkiraan, dampak Covid-19 sangat terasa para triwulan (kuartal) II 2020,” tutur dia.

Baca juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Banten Kuartal II-2020 Minus akibat Covid-19

Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang dialami terutama bersumber dari melambatnya permintaan global sering dengan menurunkan volume perdagangan dunia yang tercermin pada kontraksi net ekspor yang cukup dalam.

Penurunan permintaan ini berpengaruh pada kinerja sektor industri pengolahan yang merupakan dektor dengan kondtribusi terbesar di Jabar.

Adapun permintaan domestik juga menurun seiring pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jabar.

Hal ini berdampak ada terbatasnya aktivitas usaha formal dan nondormal yang menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat sehingga konsumsi menjadi rendah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com