Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Penjamasan Keris Peninggalan Sunan Kudus di Masa Pandemi

Kompas.com - 06/08/2020, 20:36 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com - Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau  Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan dijamas di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).

Tradisi budaya yang rutin digelar setiap tahunnya oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) itu dikemas berbeda karena pandemi Covid-19.

Ritual penjamasan benda warisan tokoh penyebar agama Islam yang menjunjung tinggi toleransi tersebut dilaksanakan setiap Senin atau Kamis pada pekan pertama setelah hari Tasrikh.

Baca juga: Seumuleung Tradisi Menyuapi Sang Raja Baru di Aceh, Digelar Sejak 500 Tahun yang Lalu

Untuk tahun ini jatuh pada Kamis, 16 Dzulhijjah 1441 hijriah bertepatan dengan 6 Agustus 2020.

Kegiatan dipusatkan di sebelah utara pendapa tajug Menara Kudus, depan pintu masuk kompleks makam Sunan Kudus.

Bagi sejumlah tamu undangan diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak fisik (physical distancing).

Penjamasan Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).DOKUMEN YAYASAN MASJID MENARA dan MAKAM SUNAN KUDUS (YM3SK) Penjamasan Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).

Jamasan

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Muhammad Nadjib Hassan, menyampaikan, "jamas" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti mencuci (pusaka).

Penjamasan dilakukan untuk melestarikan, merawat dan menjaga keaslian pusaka yang berumur ratusan tahun agar tidak berkarat.

"Penjamasan juga berfungsi untuk lebih menampakkan pamor pusaka supaya lebih bersinar dan terjaga dari kerusakan," kata Nadjib.

Baca juga: Jenazah Sultan Kesepuhan Cirebon Dimakamkan Sesuai Tradisi Keraton

Ritual penjamasan yang dimulai pada pagi sekitar 07.00 WIB, diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus.

Selanjutnya dengan diiringi bacaan shalawat, petugas berjalan pelan mengambil keris Kiai Cinthaka yang diletakkan di bagian atas pendapa tajuk.

 

Penjamasan Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).DOKUMEN YAYASAN MASJID MENARA dan MAKAM SUNAN KUDUS (YM3SK) Penjamasan Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).
Keris berkelok sembilan yang disemayamkan di sebuah kotak kayu tersebut lantas diturunkan secara hati-hati.

Keris bertuah itu kemudian dicelupkan hingga disiram "banyu landa" atau air rendaman merang ketan hitam hingga tiga kali.

Selepas itu, keris milik Sunan Kudus tersebut dibersihkan menggunakan air jeruk nipis dan dikeringkan dengan cara dijemur di atas sekam ketan hitam oleh ahli penjamasan Kiai Ahmad Badawi Basyir dengan dibantu juru jamas Faqihuddin. 

Baca juga: Begini Ritual Jamasan Pusaka Bertuah Peninggalan Sunan Kudus yang Mampu Padamkan Api

Langkah ini diyakini bisa mempertahankan keaslian efek hitam dan mengkilap pada keris. Keris juga menjadi tahan karat.

"Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab atau pengimaman Masjid Al-Aqsha juga turut dijamas," ungkap Nadjib.

Keris Zaman Majapahit

Dijelaskan Nadjib, keris Kiai Cinthaka adalah pusaka milik Sunan Kudus yang diperkirakan ada sejak zaman Majapahit akhir.

Sedangkan bentuk atau tipe bilah kerisnya adalah "dapur penimbal" yang memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan.

Sementara pamor keris Kiai Cinthaka adalah "wos wutah" yang melambangkan kemakmuran, keselamatan dan kepasrahan kepada Allah SWT.

Keris Kiai Cinthaka memiliki kelengkapan di antaranya luk sembilan, lambe gajah satu, jalen, pejetan, tikel alis, sogokan ngajeng lan wingking, sraweyan, dan greneng duri di ekor keris.

Baca juga: Kisah Pedagang Oleh-oleh di Makam Sunan Bonang yang Terdampak Pandemi Corona

Emas yang menempel di gandhik keris adalah jenis "kinatah panji wilis" yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris.

"Kegiatan ini mempertahankan tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun," jelas Nadjib.

 

Setelah penjamasan, keris dikembalikan ke tempat semula yakni berada di atap bangunan tajuk yang disediakan tempat khusus untuk penyimpanannya dengan diiringi bacaan selawat.

Sebelum disimpan di tajuk, keris tersebut dimasukkan ke dalam peti yang sudah tersedia, kemudian dibungkus dengan kain mori berwarna putih.

Pun demikian juga dengan dua trisula yang dikembalikan di sisi mihrab Masjid Al Aqsha.

"Usai penjamasan dilanjutkan membaca tahlil bersama hingga makan bersama dengan menu khas "jajan pasar" dan nasi opor ayam yang merupakan salah satu menu kesukaan Sunan Kudus," sebut Nadjib.

Baca juga: Mengenal Sunan Kuning Penyebar Agama Islam di Semarang, Makamnya Ada di Komplek Lokalisasi

Keris Bertuah Padamkan Api

Keris Kiai Cinthaka adalah pusaka bertuah Sunan Kudus. Di masa lampau, keris Kiai Cinthaka pernah dipinjam oleh pihak Keraton Solo saat itu terjadi kebakaran di Keraton Solo.

Konon, setelah keris itu dihunuskan, api yang membakar keraton seketika padam.

Karenanya hingga kini hubungan trah Sunan Kudus dengan Keraton Solo terus terjalin dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com