Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah SD Tewas dengan Miras di Sampingnya, KPAI Salahkan Orangtua

Kompas.com - 06/08/2020, 13:41 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengatakan, mayat anak bercelana sekolah dasar (SD) yang tergeletak di trotoar dengan mulut berbusa terjadi karena minimnya pengawasan orangtua saat belajar online di masa pandemi Corona.

Apalagi mayat anak laki-laki itu ditemukan masih dalam keadaan memakai celana pendek seragam SD dan terdapat minuman keras di sampingnya.

"Ini imbas dari tidak siapnya orangtua dan guru dalam melakukan pengawasan saat diberlakukannya belajar sistem online atau daring. Seharusnya, anak tersebut mendapatkan pelajaran selama belajar di rumah, dan malah salah pergaulan berada di jalanan," jelas Ato kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020).

Baca juga: Anak Bercelana SD Ditemukan Tewas di Trotoar dengan Mulut Berbusa

Ato menambahkan, ada dua masalah sosial anak yang klasik saat pandemi ini. Pertama, kondisi anak dengan status sosial menengah ke atas yang memiliki ponsel sendiri bukannya belajar malah sibuk bermain game di gawai.

Anak dengan klasifikasi itu sebagian besar memiliki masalah baru, yakni seakan apatis terhadap kondisi di sekitarnya akibat terlalu fokus memainkan game.

Kalisifikasi kedua, lanjut Ato, adalah anak menengah ke bawah yang justru tak memiliki gawai sendiri untuk belajar online.

Anak model kedua ini bisa mengalami salah pergaulan. Ia memilih bergaul di jalanan karena proses belajar tatap muka selama masa pandemi sekarang ditiadakan.

"Nah, untuk kasus korban temuan mayat anak ini termasuk ke klasifikasi anak yang kedua. Tak memiliki gadget, malah salah gaul, dan bergaul di jalanan seperti itu," tambah Ato.

Dengan demikian, Ato meminta semua unsur mulai dari pemerintahan, orangtua dan masyarakat bersinergi untuk mengatasi masalah anak di masa pandemi sekarang ini.

Pihaknya pun meminta ada aksi riil untuk membatasi permasalahan anak yang sekarang terjadi di Tasikmalaya.

"Pemerintah, orangtua, dan semua pihak harus bersama-sama membuat langkah nyata untuk mengatasi permasalahan anak yang justru jadi korban kondisi sekarang. Kami pun terus memantau setiap perkembangan sosial permasalahan anak di Tasikmalaya," ujar Ato.

KPAID Tasikmalaya pun berharap kasus mayat anak itu segera terungkap sehingga bisa diketahui penyebab kematiannya.

Mulut berbusa

Diberitakan sebelumnya, Ardista (25), seorang tukang parkir Terminal Type A Kota Tasikmalaya terkejut saat menemukan sesosok mayat anak tanpa identitas berusia sekitar 12 tahun dengan memakai celana seragam sekolah dasar (SD) dan mulutnya penuh dengan busa, Kamis (6/8/2020) pagi.

Penemuan mayat anak bercelana SD tersebut sontak menggegerkan warga sekitar karena lokasinya persis di pinggir jalan raya samping Pasar dan Terminal Type A Indihiang yang setiap paginya berkerumun aktifitas warga.

"Saya biasa datang ke sini setiap pagi, saya terkejut ada mayat anak yang terlentang dengan penuh busa di mulut. Bajunya kameja lusuh, sedangkan celananya masih memakai seragam SD warna merah," jelas Ardista kepada wartawan saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis pagi.

Ardista menambahkan, tanpa pikir panjang dirinya langsung memanggil warga setempat lainnya untuk melaporkan temuannya ke polisi.

Ia bersama warga lainnya tak bisa berbuat apa-apa dan menunggu petugas kepolisian setempat untuk mengevakuasi mayat tersebut.

"Setelah itu saya lari ke warga dekat pasar para pedagang. Langsung lapor polisi ada temuan mayat anak mulut berbusa tersebut," tambahnya.

Baca juga: Bocah SD Ditemukan Tewas Tersangkut di Pohon Bakau

Tak berselang lama, petugas dari Polsek Indihiang dan Tim Inafis Satreskrim Polresta Tasikmalaya datang ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi mayat anak tersebut.

Petugas pun belum menemukan identitas mayat anak tersebut dan langsung membawanya ke Instalasi Kamar Mayat RSUD Soekardjo Tasikmalaya untuk divisum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com