Saat itu, suami Ingrid menandatangani kontrak kerja selama dua tahun dengan agen penyalur PT Puncak Jawa Samudra.
Berdasarkan kontrak, Samfarid digaji 300 dolar Amerika Serikat setiap bulan.
Sesuai dengan kontrak, seharusnya suaminya telah kembali pada April 2020.
Namun sekitar setahun lalu, Agustus 2019, suaminya hilang kontak.
Selain suaminya, Ingrid mengatakan, ada enam ABK lainnya yang juga hilang kontak dengan keluarganya.
"Terakhir kontak dengan suami saya Agustus 2019," ujar Ingrid.
Baca juga: Anak Buah Kapal Bisa Adukan Kekerasan Lewat Situs Ini
Suaminya itu juga mengatakan tak kuat lagi menjadi ABK.
Samfarid bahkan bercerita, dirinya harus menyantap makanan bangkai ayam digoreng.
"Dia bilang tak sanggup. Mulai dari makanan tidak layak seperti bangkai ayam yang digoreng, obat-obatan tidak memadai, jam kerja siang malam, hingga hampir tidak ada waktu untuk istirahat," sebut Ingrid.
Suaminya yang tak tahan diperlakukan tak manusiawi, kata Ingrid, sempat berpindah-pindah kapal.
"Saya masih ingat, awalnya, suami bekerja di Kapal Fu Yuan Yu 060, kemudian dipindah bekerja ke Kapal Hanrong 361. Kalau tidak salah sampai tiga kapal," ujar dia.
Baca juga: Indonesia Tekankan ke PBB Pentingnya Lindungi HAM Anak Buah Kapal