Secara kronologis peradaban Dieng disebut "cukup tua" dan awal pengaruh India dapat dilihat dari seni bangunan di wilayah itu, kata Djaliati.
"Kami menggambarkan seni bangunannya, bahwa dekat dengan India," ujarnya.
Artinya, para arsitek di kawasan Dieng belum memiliki kebebasan untuk membangun candi-candi sesuai pengetahuan tentang seni bangunan mereka sendiri.
Hal ini berbeda dari struktur bangunan candi lain di luar Dieng yang dibangun belakangan, yang disebut Djaliati, para arsitekturnya sudah mampu "mengelaborasi bangunan".
Baca juga: Unik, Bentuk Candi yang Terpendam di Dieng Seperti Palang Yunani
"Tapi kalau di Dieng masih sangat dekat dengan India," ungkapnya.
Menurut Koordinator Unit Dieng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Eri Budiarto, salah-satu candi di kawasan Dieng yang mirip dengan arsitektur India adalah candi Bima.
"Sehingga ada indikasi pemuka agama Hindu dari India datang ke Dieng," katanya.
Baca juga: Bangunan yang Terpendam di Lahan Warga Dieng Dipastikan Candi
Indikasi ini didasarkan analisa terhadap keberadaan situs fondasi struktur bangunan yang disebut dharmasala.
Sejumlah catatan menyebutkan fondasi bangunan dharmasala ditemukan tersebar di sekitar kawasan candi Dieng.
Para peneliti meyakini, bangunan dharmasala ini dulu berupa bangunan bertiang kayu tanpa dinding alias terbuka.
Baca juga: 20 Februari 1979, Letusan dan Gas Beracun di Dieng Tewaskan 149 Orang
"Dharmasala ini diperkirakan memiliki bentuk rumah panggung dan untuk tempat menginap, sebelum melakukan ritual atau sebagai tempat singgah sementara sebelum upacara keagamaan," kata Koordinator Unit Dieng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Eri Budiarto.
"Tetapi karena data-data tertulis belum ada, maka kita masih menduga-duga fungsinya," tambahnya.
Luas dharmasala, menurutnya, lebarnya sekitar antara delapan hingga 10 meter dan panjangnya mencapai 40 meter.
"Bangunan dharmasala [di Dieng] kita rekonstruksi dengan mengacu relief di Candi Borobudur,"ujar Eri.
Baca juga: 2 Gempa di Dieng dan Banten pada Senin 20 Januari 2020, Masyarakat Diimbau Tetap Tenang
Hasil rekonstruksi tim arkeologi, menurut Djaliati Sri Nugrahani, menyebutkan bahwa dharmasala merupakan tempat "kegiatan para siswa untuk menyiapkan ritual keagamaan di bangunan candi".
Selain itu, menurutnya, di kawasan Dieng juga ada lokasi pertapaan dan pusat-pusat kajian, terutama tempat pemujan terhadap Dewa Syiwa.
"Ada tempat-tempat sekolah keagamaan. Jadi ada resi yang tinggal di situ, dan punya murid-murid," katanya.
Baca juga: Pengukuhan Raja Keraton Agung Sejagat Dilakukan di Dieng Saat Musim Embun Es
Prasasti berangka tahun 809, yaitu prasasti Kuti yang ditemukan di dekat Candi Arjuna, juga menyebutkan bahwa Dieng sebagai pusat kegiatan religius, juga didukung komunitas yang tinggal di desa perdikan.
"Di sekitar [tempat suci], ada komunitas yang mendukungnya... Jadi di situ ada penduduknya, yang sebagian aktivitasnya digunakan untuk mendukung bangunan suci," papar Djaliati.
Adapun Aryadi Darwanto menganalisa, selain pusat pendidikan agama, keberadaan kompleks candi Dieng, kemungkinan sebagai tempat belajar arsitektur.
"Saat sekarang, seluruh candi tidak ada arsitektur yang sama. Bahkan, dari sembilan candi yang ada dan menjadi 10 (Candi Kunthi, yang baru ditemukan), bentuknya tidak sama.
"Ini ada indikasi sebagai pusat belajar arsitektur," katanya, menganalisa.
Baca juga: Material Longsor Dibersihkan, Akses Jalan ke Wisata Dieng Lancar