Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangga Kuno dan Misteri Kompleks Candi di Dataran Tinggi Dieng, Pusat Ritual dan Pendidikan Agama?

Kompas.com - 04/08/2020, 09:49 WIB
Rachmawati

Editor

Apa arti temuan benda-benda arkeologi di kawasan Dieng?

Dari temuan-temuan itu, Eri Budiarto mengharapkan akan menambah data untuk mengungkap "budaya masa lalu di kawasan Dieng".

"Karena memang banyak misteri yang belum terungkap," kata Eri. Selama ini ada anggapan bahwa keberadaan candi-candi dan struktur lainnya di Dieng hanya sebatas untuk kegiatan keagamaan.

Namun Eri menduga ada kegiatan lain yang bisa dilacak lebih lanjut di kawasan Dieng.

"Jadi aktivitasnya tidak hanya ritual atau pemujaan keagamaan, mungkin juga di situ ada aktivitas kehidupan lain. Itu jejak yang masih belum ketemu," jelasnya.

Baca juga: Dataran Tinggi Dieng Diselimuti Embun Es, Suhu Udara di Bawah Nol Derajat Celsius

Mengapa di masa lalu dataran tinggi Dieng disebut lokasi ritual keagamaan?

Kemungkinan bahwa keberadaan candi-candi di dataran tinggi Dieng merupakan lokasi ritual keagamaan, memang sudah disepakati para ahli.

Staf pengajar arkeologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Djaliati Sri Nugrahani, meyakini kompleks candi Dieng kemungkinan merupakan pusat kegiatan keagamaan umat Hindu, dan bukan pusat kerajaan.

Dia merujuk pada prasasti Kapunuhan yang dibuat pada tahun 878, yang menyebut Dieng adalah Kailasa.

Baca juga: BMKG: Suhu Dieng Belum Tentu sampai -3,5 Derajat Celcius

"Kailasa merupakan puncak gunung suci di Himalaya, tempat tinggal Syiwa. Dieng adalah Kailasa, sehingga Dieng merupakan tempat surganya atau tempat tinggalnya Syiwa.

"Tampaknya memang Dieng merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa," jelas Djaliati kepada BBC Indonesia.

Djaliati adalah salah seorang arkeolog yang terlibat secara intensif dalam penelitian terkait komplek candi Dieng.

Baca juga: Trending, Ini 10 Lokasi Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng

Kapan kompleks candi di Dieng mulai dibangun?

BPCB Jawa Tengah melakukan ekskavasi di lokasi penemuan candi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.KOMPAS.COM/DOK UPT OBYEK WISATA DIENG BPCB Jawa Tengah melakukan ekskavasi di lokasi penemuan candi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kompleks candi peninggalan peradaban Hindu beraliran Syiwa di dataran tinggi Dieng diungkap pertama kali di masa kolonial Belanda diawal abad 19.

Catatan awal di masa kolonial Hindia Belanda menyebutkan ada sekitar 400 bangunan candi dan situs bersejarah lainnya, namun kini yang ada setidaknya ada sembilan bangunan candi.

"Pada zaman [kolonial] Belanda, luasnya [komplek candi Dieng] mencapai 110 hektar (ha) dengan 400 situs yang ada," kata Aryadi.

"Tetapi sekarang luasannya juga menyusut hingga belasan hektar saja dan situsnya tinggal beberapa. Sudah banyak yang tidak ditemukan lagi," tambahnya.

Baca juga: Selain Indah, Embun Es di Dieng Juga Bermanfaat bagi Petani, Simak Penjelasannya...

Terbagi dalam beberapa kelompok, candi-candi itu diberi nama sesuai tokoh pewayangan, yang kebanyakan diambil dari epos Mahabharata.

"Kalau dari catatan Belanda, jumlah candi lebih banyak daripada sekarang," kata Djaliati Sri Nugrahani.

Diperkirakan bangunan candi itu rusak atau hilang, akibat perbuatan manusia atau faktor alam. "Sebagian (batunya) dimanfaatkan oleh masyarakat," ungkapnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari 22 prasasti, komplek candi Dieng kemungkinan dibangun antara abad ketujuh hingga 13 pada masa Mataram Kuno.

"Ini mengindikasikan bahwa peradaban Dieng cukup panjang."

Baca juga: Segarnya Bisnis Manisan Carica, Oleh-oleh Khas Dieng

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com