Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cadas Pangeran, Jalan Legendaris yang Menelan Korban Ribuan Jiwa

Kompas.com - 04/08/2020, 07:00 WIB
Aam Aminullah,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

 

Menelan korban ribuan jiwa

Untuk mempercepat pembangunannya, Daendels membangun jembatan gantung di wilayah batuan cadas ini dengan melibatkan ribuan pekerja yang mayoritas merupakan warga Sumedang.

Selain warga Sumedang, menurut Apih, Daendels juga mempekerjakan warga di sekitar Sumedang, mulai dari Garut, Tasikmalaya, Subang dan Indramayu.

"Karena dipekerjakan secara rodi atau paksa di bawah pengawasan prajurit kompeni waktu itu, ribuan pekerja ini kemudian tewas karena kelaparan dan penyakit malaria yang saat itu mewabah," kata Apih.

Baca juga: Tebing di Kawasan Cadas Pangeran Longsor dan Ancam Rumah Warga

Menurut Apih, bukti adanya korban ribuan pekerja ini bisa dibuktikan dengan keberadaan kuburan massal yang terletak di atas jembatan Cadas Pangeran.

Apih Tatang mengatakan, Bupati Sumedang kala itu yakni Pangeran Kornel atau Pangeran Kusumadinata XI marah besar karena sistem kerja paksa.

Saat mendengar rakyatnya menjadi korban kerja paksa, Pangerang Kornel kemudian mendatangi lokasi pembangunan Jalan Cadas Pangeran.

"Di sana Beliau bertemu Gubernur Daendels. Saat pertemuan inilah terjadi peristiwa unik yang hari ini disebut aksi heroik Pangeran Kornel, hingga momennya diabadikan menjadi monumen yang sekarang disimpan di pintu masuk Jalan Cadas Pangeran (dari arah Bandung, menuju Sumedang)," tutur Apih.

Momen heroik itu terjadi ketika Gubernur Daendels mendatangi Pangeran Kornel dan mengajak Pangeran Kornel untuk berjabat tangan.

"Pangeran Kornel malah menerima jabatan tangan itu dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya hendak menghunus keris di pinggang bagian kanan. Ini yang membuat bangga, karena Pangeran Kornel tidak gentar meskipun yang dihadapinya saat itu merupakan Jenderal Belanda yang dikenal bengis," sebut Apih.

Diterjang Longsor besar

Apih Tatang menyebutkan, selain kental akan nilai historisnya, di sepanjang jalur Jalan Cadas Pangeran juga terhampar pemandangan alam yang menawan.

Namun, peristiwa longsor besar yang terjadi pada 1995 membuat warga Sumedang khawatir.

"Tahun 1995 itu longsor besar terjadi, saat itu Apih lihat langsung longsoran tebingnya. Sedih lihatnya, sampai-sampai menangis karena waktu itu sepertinya Jalan Cadas Pangeran yang bersejarah ini sudah tidak akan bisa dilalui lagi. Selama beberapa bulan juga ditutup, tapi alhamdulillah, ternyata masih bisa diperbaiki," sebut Apih.

Apih menuturkan, sejak longsor besar itu, wilayah Cadas Pangeran menjadi daerah rawan longsor hingga saat ini.

"Longsor kembali terjadi tahun 2000, tapi tidak sebesar longsor pertama kali itu. Hanya saja, hingga sekarang jadi rawan longsor, mungkin karena mobilitas kendaraan dari Cirebon ke Bandung maupun sebaliknya terus meningkat seiring perkembangan ekonomi," tutur dia.

Menurut Apih Tatang, kondisi ini harus dicermati bersama.

Berbagai pihak terkait harus mulai memikirkan agar keberadaan Jalan Cadas Pangeran ini bisa tetap lestari.

"Keberadaan Jalan Cadas Pangeran ini harus bisa dilestarikan, karena ini menjadi simbol kebanggaan warga Sumedang pada khususnya," kata Apih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com