Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan-ikan Mati di Sungai Citarum, Ini Dugaan Penyebabnya

Kompas.com - 04/08/2020, 06:57 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Peneliti Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton), Riska Darmawanti menduga matinya ikan-ikan di Sungai Citarum, Karawang, akibat pencemaran.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Senin (3/8/2020), dua ekor ikan sapu-sapu yang mati di Sungai Citarum, Kampung Sumedangan, Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang.

Selain itu juga terdapat puluhan ikan jenis lain yang mati, di antaranya ikan tawes, mujair, lundu, dan jambal.

Riska menyebut, ada dua kemungkinan ikan-ikan itu mati. Pertama, karena air sungai mengandung limbah beracun sehingga ikan syok.

"Racun atau panas ini yang membuat ikan syok, stres lalu mati," kata Riska saat dihubungi melalui telepon.

Baca juga: Air Sungai Citarum Hitam dan Bau, Ini Penyebabnya

Sementara kemungkinan kedua, kata Riska, ikan mati karena berkurangnya kadar oksigen dalam air akibat proses purifikasi atau pemurnian limbah oleh bakteri di dalam sungai.

"Ada kemungkinan ikan-ikan mati karena kekurangan oksigen dalam air akibat proses pemurnian limbah oleh bakteri," jelasnya.

Ia mengungkapkan, saat sungai tercemar, secara alami bakteri di dalam air berupaya menetralkan limbah.

Akan tetapi dalam kondisi tertentu, beban sungai bisa terlalu berat melawan limbah. Hal ini biasanya terjadi saat air sedang surut.

"Ketika limbah masuk (ke sungai), otomatis oksigen dan bakteri berusaha menguraikan limbah. Nah, bakteri juga butuh oksigen untuk bekerja," ujar Riska.

Bakteri tersebut, ungkapnya, membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Sehingga, kadar oksigen dalam air akan turun drastis jika proses pemurnian tengah berlangsung.

"Jika terlalu berat, oksigen dalam air bisa habis mencapai 0 mg/l. Itu yang disebut zona mati, karena mayoritas organisme atau makhluk air tidak bisa hidup tanpa oksigen," ujar perempuan yang dijuluki detektif sungai itu.

Riska menduga pencemaran yang terjadi di sebagian wilayah Sungai Citarum itu tergolong berat. Sebab, volume air sungai sedang surut dan warna serta baunya berubah tak wajar.

Sapu-sapu adalah salah satu ikan yang tahan dengan oksigen rendah. Umumnya ikan butuh oksigen minimal 2 mg/l.

"Kalau sapu sapu sampai mati berarti kemungkinan oksigen mencapai nol," ungkapnya.

Santa (58), warga yang mengoperasikan perahu eretan juga membenarkan bahwa ikan-ikan di Sungai Citarum banyak yang mati.

Santa menyebut warna air sungai berubah hitam dan bau tak sedap sejak Jumat (2/8/2020).

"Banyak ikan mati, bahkan ada ikan sapu-sapu," ujar Santa di sela mengoperasikan perahu eretan.

Patroli di Sungai Citarum

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang bersama Satgas Citarum Harum bakal melakukan patroli sungai menyusul menghitamnya air Sungai Citarum.

"Kami besok pagi akan patroli langsung melihat kondisi riil di lapangan terkait kondisi Bendungan Walahar dan buangan-buangan air limbah perusahaan," ujar Wawan.

Wawan menyebut saat ini posisi air  Sungai Citarum dari  Bendung Walahar  sedang dinolkan atau tanpa debit yang mengalir, karena adanya pengerukan lumpur di bawah bendung.

Baca juga: Sejuta Pohon Akan Ditanam di Sepanjang Sungai Citarum

Sementara itu, kata Wawan, air yang mengalir saat ini sepenuhnya merupakan air limbah dari perusahaan yang keluar dari outfall. Ia juga memastikan jika limbah yang keluar telah diolah melalui pengelolaan air limbah atau water treatment plant (WTP) dan sesuai baku mutu.

"Adapun warna hitam merupakan endapan di dasar sungai," ujar Wawan.

Wawan menyebut pengerukan di Bendung Walahar merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com