Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu Saya Diburu Satpol PP, Sekarang Saya Memburu Satpol PP" (2)

Kompas.com - 02/08/2020, 16:15 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

"Pendirian panti itu awalnya karena di sebenarnya kawan-kawan di jalanan itu punya potensi," ucap Chabib ditemui di Wisata Rumah Jiwa Hafara Sabtu (1/8/2020).

Baca juga: Pemda Tanggung Biaya Berobat Balita Penderita Jantung Bocor yang Ditinggalkan Ibu dan Ayah ODGJ

Menurut dia, selama ini di Yogyakarta sudah ada perda tentang anak jalanan tetapi belum ada solusi ke depannya.

Sejak tiga tahun terakhir, Panti Hafara berubah menjadi Wisata Rumah Jiwa Hafara untuk mengubah pandangan tentang anak jalanan, lansia dan ODGJ.

Saat ini, ada 94 orang lansia dan ODGJ yang tinggal di pondok.

Dari pengamatan Kompas.com  suasana rumah jiwa tergolong nyaman dan bersih. 

Saat Babe, panggilan akrab Chabib, masuk ke ruangan, ia disambut seorang lansia yang ditemukannya beberapa tahun lalu.

Lansia perempuan itu tersenyum dan mengulurkan tangan untuk bersalaman sambil bercanda dengan Babe, tak jauh dari aula yang juga untuk sembahyang, dua orang lansia duduk termenung di kursi roda karena sakit stroke. Ruangan kamar termasuk kamar mandi mereka cukup bersih dengan suasana yang nyaman.

"Di sini ada 94 orang, anak jalanan di luar yang dilakukan pendampingan ada 150 orang, dan sekitar 800 lansia yang kita dampingi," ucap Babe.

Mereka berasal dari sekitar DIY dan juga hasil pengamanan dari Satpol PP. Jika panti karantina milik pemerintah, mereka akan dikirim ke Hafara untuk ditampung.

"Dulu saya diburu satpol PP, sekarang saya memburu satpol PP," kata Babe yang menghentikan wawancara sejenak untuk menyuntikkan insulin ke tubuhnya akibat penyakit diabetes yang diderita 3 tahun terakhir.  

Baca juga: Balita 1,5 Tahun Hidup dengan Jantung Bocor, Ditinggalkan Ibu sejak Umur 7 Bulan, Ayah ODGJ

Selain mendirikan yayasan untuk menampung ODGJ, lansia, anak jalanan, hingga pengguna narkoba, dia juga membuka pemulasaraan jenazah tak dikenal. Saat ini, jenazah mereka dimakamkan di Makam 'Sepi Pamrih Tebih Ajrih' di Kecamatan Pandak, Bantul. 

Diakuinya tidak semua orang yang dapat pendampingan darinya tinggal di sana. Ada yang kembali ke rumah dengan tetap diperhatikan perkembangannya melalui 'home visit'.

Melakukan pendampingan bersama puluhan relawan bukan perkara mudah, kadang harus mencari donatur, namun Babe mengaku pertolongan itu selalu datang.

Apalagi istrinya mendukung langkahnya untuk membantu sesama.

Saat ini, donatur bisa menyalurkan melalui sedekah rombongan dan kita bisa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com