Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemuda Dirikan Sekolah Sungai, Berawal dari Keprihatinan Akan Tong Sampah Raksasa

Kompas.com - 02/08/2020, 08:09 WIB
Suwandi,
Khairina

Tim Redaksi

Jika air Sungai Batanghari mengalir ke hilir, maka air dalam kanal kuno mengalir ke hulu. Kemudian searah dengan putaran jarum jam.

Dahulu kala, fungsi kanal tidak hanya sarana transportasi dari satu candi ke candi lain, tetapi sebagai benteng pertahanan dan sumber air bersih.

"Kami sudah didik 500 siswa untuk lebih menghargai sungai sebagai tempat mahluk hidup dan sumber kehidupan. Kita memiliki hubungan yang baik dengan sungai sejak dahulu kala," kata Edo menegaskan.

Baca juga: Terdakwa Susur Sungai yang Tewaskan 10 Siswa SMPN 1 Turi Dituntut 2 Tahun Penjara

Ada beberapa titik fokusyang menjadi perhatian saat aksi Sekolah Sungai, di antaranya Sungai Batanghari, Berembang, Amburan Jalo, Kemingking, Sungai Jambi, Sungai Melayu dan Bekako.

Untuk kanal kuno itu sepanjang Danau Lamo. Sebagian besar memang menghubungkan beberapa candi yang telah dipugar yakni Astano, Tinggi, Kembar Batu dan Gumpung.

Sembari menyusuri sungai, anak-anak yang berada di Desa Baru, Kemingking, dan Danau Lamo juga diperkenalkan dengan dampak buruk pencemaran sungai, yang berasal dari limbah perusahaan sawit.

Kemudian anak-anak yang dekat dengan kanal, diajari sejarah dan dampak baik jika suatu saat kanal dinormalisasi. Air bisa mengalir lancar dan tidak menyebabkan banjir.

Aksi untuk mengunjungi Sungai Amburan Jalo, misalnya anak dibawa langsung untuk melihat kanal.

Di mana sekarang juga berfungsi untuk mengaliri sawah dan kebun pertanian dan tempat mahluk hidup seperti ikan.

Agar Sekolah Sungai dapat menjangkau anak lebih banyak, karena selama ini sebulan hanya empat pertemuan, kata Edo, pihaknya merekrut relawan untuk mengajar pada 2020 ini.

Relawan ini namanya Kanti Sungai. Mereka juga dibekali pengetahuan sejarah, pelestarian dan mahluk hidup sungai serta kanal. Mereka yang mengajari anak dengan riang gembira.

Kebanyakan relawan adalah mahasiswa yang berasal dari disiplin ilmu berbeda. Ini akan memperkaya pengetahuan anak tentang sungai dan kanal kuno.

"Anak-anak tidak dipungut biaya. Bahkan mereka dapat hadiah-hadiah menarik dari kakak-kakak relawan yang baik hati," kata Edo lagi.

Kehadiran relawan membuat proses belajar di Sekolah Sungai menjadi lebih sering dan melibatkan banyak siswa.

Tetapi, sekolah itu hanya berjalan dua bulan, karena distop karena pandemi Covid 19, sampai waktu yang tak ditentukan.

Selain Sekolah Sungai, Pemuda Peduli Lingkungan juga telah mendorong terbitnya Perdes di Desa Muaro Jambi tentang Pelarangan Galian C.

Selanjutnya, Edo sedang menggodok regulasi Buang Sampah ke Sungai dan Lubuk Larangan, dengan sejumlah aparat desa.

"Kami berharap bisa diberlakukan tahun ini," tutup Edo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com