Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Suardi Jadi Guru Honorer di Daerah Terpencil, Semangat Mengabdi meski Gaji Rp 720.000 Per 4 Bulan

Kompas.com - 01/08/2020, 16:33 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Suardi (29), seorang guru honorer di SD Negeri Lanyying, Kecamatan Uluere Bantaeng, Sulawesi Selatan, rela mengunjungi rumah siswa didiknya selama pandemi corona.

Hal itu ia lakukan sudah sejak bulan Maret hingga saat ini bersama dengan guru lainnya di sekolah tersebut.

Alasannya, karena tidak semua siswa didiknya memiliki smartphone untuk mengikuti aktivitas belajar secara daring seperti yang diinstruksikan pemerintah.

Meski dengan katerbatasan yang ada, lelaki asal Banyorang Bantaeng ini tetap semangat untuk mengabdi.

Untuk mendatangi rumah siswanya di daerah terpencil itu, Suardi mengaku setiap hari harus naik angkutan umum dan dilanjut dengan jalan kaki sejauh satu kilometer.

"Jadi kalau berangkat saya naik mobil angkutan umum. Dalam sehari mendatangi tiga rumah siswa. Setelah selesai mengajar di rumah siswa yang satu, selanjutnya jalan kaki sekitar satu kilometer ke rumah siswa lainnya," katanya saat dikonfirmasi, Kompas.com, Jumat (31/7/2020).

Baca juga: Siswanya Tak Punya HP, Guru Ini Rela Lalui Jalanan Rusak Saban Hari untuk Mengajar di Rumah

Suardi mengatakan, rela menekuni pekerjaan itu bukan karena gaji, melainkan hanya untuk mengabdi dan ingin membantu mencerdaskan siswa didiknya yang berada di wilayah terpencil tersebut.

 

Gaji dan kondisi yang memprihatinkan

Ilustrasi uang.shutterstock Ilustrasi uang.

Suardi mengatakan, selama lima tahun menjadi guru honorer di sekolah itu, ia hanya mendapat gaji sebesar Rp 430.000 per tiga bulan.

Namun belakangan, ia bersyukur karena gajinya naik.

Sehingga dengan kenaikan gaji itu dapat membantu memenuhi kebutuhannya meski sebenarnya jauh dari kata cukup.

"Dulu saya terima gaji 430.000 per tiga bulan. Dan alhamdulillah sudah naik Rp 720.000 per empat bulan," tuturnya.

Baca juga: Tak Terima Adik Diperkosa dan Ibu Dianiaya, Remaja Tikam Ayah Tiri hingga Tewas, Ini Kronologinya

Untuk menghemat biaya selama melakukan kunjungan ke rumah siswanya itu, tak jarang ia tidur di rumah rekannya yang berada di lokasi tersebut.

Selama lima bulan melakukan kunjungan ke rumah siswa didiknya itu, Suardi merasa sangat prihatin dengan kondisi mereka.

Sebab, meski sudah pulahan tahun Indonesia merdeka, namun akses jalan menuju rumah mereka masih sangat rusak dan sulit dijangkau.

Jangankan jaringan internet, bahkan aliran listrik dari PLN diketahui baru masuk tahun ini.

Penulis : Kontributor Bulukumba, Nurwahidah | Editor : Aprillia Ika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com