KOMPAS.com - Kantor Gubernur Jawa Barat atau biasa dikenal Gedung Sate di Bandung ditutup selama 2 minggu setelah 40 pegawainya dinyatakan positif Covid-10. Penutupan juga dilakukan di area masjid, command center, museum, kantin, dan area publik Gedung Sate.
Gedung Sate tersebut ditutup tepat tiga hari setelah genap berusia 100 tahun pada 27 Juli 2020 lalu.
Penutupan dilakukan setelah surat edaran yang ditandatangani Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja pada Kamis (30/7/2020).
Baca juga: Covid-19 Serang Gedung Sate Bandung, 40 Pegawai Positif Terinfeksi, Ditutup 2 Pekan
Rencananya gedung yang berusia seabad itu dibuka kembali pada 14 Agustus 2020.
Setiawan mengatakan jumlah kasus positif Covid-19 di Gedung Sate diketahui setelah Pemprov Jabar melakukan tes masif pada pegawai mulai dari PNS hingga non-PNS.
Hingga Senin pekan lalu, sudah ada 1.260 pegawai yang melakukan swab test dan 40 orang dinyatakan positif Covid-19.
"Dari 40 orang ini yang PNS 17, yang non-PNS 23. Ada dari petugas pengamanan, cleaning service, macam-macamlah. Nah, 40 persen berusia 31-40 tahun, 30 persen berusia 20-30 tahun, sisanya tersebar," ucap Setiawan, Kamis (30/7/2020).
Baca juga: Gedung Sate Kecolongan 40 Pegawai Positif Covid-19, Sekda Sebut Protokol Sudah Ketat
Setiawan mengatakan pihaknya masih belum bisa memastikan sumber penukaran karena selama adaptasi kebiasaan baru (AKB) akses Gedung Sate terbuka untuk umum.
Hal itu yang menjadi alasan kasus Covid-19 di Gedung Sate belum bisa dikategorikan klaster perkantoran.
"Menurut kami, belum dapat dipastikan klaster perkantoran, karena akses Gedung Sate terbuka selama AKB," kata dia.
Baca juga: 40 Pegawai Gedung Sate Bandung Positif Covid-19
Pihaknya masih mengamati pola kerja di setiap biro yang memungkinkan ada kontak pegawai dengan orang luar.
Setelah temuan 40 pegawai positif Covid-19, seluruh ruangan di Gedung Sate disemprot cairan disinfektan.
Ia berharap masyarakat lebih waspada serta patuh pada protokol kesehatan.
"Ini harus diambil hikmahnya, instansi pemerintah yang sudah ketat, masih juga dalam tanda kutip kecolongan. Karena itu, protokol kesehatan kita tetap pegang," kata Setiawan.
Saat Gedung Sate ditutup maka para pegawai bekerja dari rumah. Namun PNS wajib melaporkan aktivitas kinerja dan kehadiran melalui TRK serta K-Mob sebagai dasar perhitungan dan pemberian TPP.
Baca juga: Beredar Surat Edaran Pemprov Jabar, Gedung Sate Ditutup Sementara
Tiga hari kemudian, gedung bersejarah tersebut ditutup karena 40 pegawainya positif Covid-19.
Pada Jumat (25/7/2020), Gubernur Ridwan Kamil mengatakan rencananya tahun ini, Gedung Sate akan dibuka untuk umum. Tak hanya dibagian taman, tapi juga bagian dalam agar warga tak lupa sejarah.
Baca juga: Seabad Gedung Sate, Fondasi Batu Bulat Anti-gempa dan 6 Juta Gulden
Namun rencana tersebut dibatalkan karena pandemi Covid-19.
"Kita sudah deklarasi, tahun ini Gesat dibuka untuk umum, tapi keburu Covid-19, jadi harusnya kalau normal ada tour guide, boleh masuk ke dalam. Sekarang kan enggak boleh," kata Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (25/7/2020) lalu.
Sejak kepemimpinan Ridwan Kamil, tampilan Gedung Sate sedikit berubah. Bahkan ada renovasi di lapangan Gasibu yang secara historis menjadi satu kawasan dengan komplek perkantoran.
Baca juga: Wisata ke Gedung Sate, Naik Balon Terbang hingga Lihat Lukisan
"Renovasi sudah, tapi kalau ngerenovasi gedung sate mah enggak boleh menyentuh. Paling malem dilampuin lagi, Gasibu juga bagian Gesat lagi dibangun tuh pilar-pilar itu dalam rangka 100 tahun."
"Nanti 1 pilar 1 kabupaten kota. Karena selama ini tidak ada representasi tiap daerah di Bandung (sebagai ibu kota Jabar)," kata Emil.
Dari kacamata seorang arsitek, Emil menilai jika Gedung Sate merupakan bangunan pemerintahan yang paling megah dan kokoh.
Baca juga: Sejarah Gedung Sate yang Kini Berusia 100 Tahun
Selain ikonik, Gedung Sate juga memiliki simbol perjuangan bangsa.
"Bandingin lah dengan gedung gubernur, wali kota, menteri, yang paling keren dari sisi estetika adalah Gedung Sate. Gedung sate juga simbol perjuangan, pada zaman penjajahan kan ada yang berjuang kan orang-orang PU (Pekerjaan Umum) meninggal beberapa orang di sana. Jadi nilai historisnya luar biasa," ucap Emil.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dendi Ramdhani | Editor: Abba Gabrillin, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.