LUWU UTARA, KOMPAS.com - Banjir bandang yang menerjang enam kecamatan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, membuat ratusan warga mengungsi di sejumlah titik.
Meski dalam suasana yang tidak nyaman, para pengungsi tetap antusias menyambut hari raya Idul Adha.
Warga yang mengungsi di tenda darurat di Desa Meli, Kecamatan Baebunta, menggelar takbiran dan pawai obor.
Baca juga: Dua Kali Menangis Saat Terima Bantuan Kemanusiaan, Bupati Luwu Utara: Saya Terharu
Tradisi malam takbiran digelar oleh anak-anak pengungsi di Mushala dan di area pengungsian lainnya.
Mereka bersukacita melantunkan kalimat takbir sambil membawa obor mengelilingi area pengungsian.
Namun yang menarik, pawai obor ini juga diikuti oleh pengungsi non-muslim.
Mereka membaur, menyatu dalam keberagaman dan merasakan suka dan duka di dalam pengungsian.
Baca juga: 5 Taruna Akpol di Yogyakarta Positif Covid-19
Nuansa takbiran di pengungsian ini membuat para pengungsi rindu dan mengenang masa bersama keluarga.
“Kami rindu dengan suasana di rumah, biasanya kalau malam lebaran atau takbiran ramai berkumpul bersama keluarga,” kata Resha, pengungsi asal Desa Radda kepada Kompas.com, Kamis (30/07/2020).
Menurut Resha, hal yang paling diingat adalah masa-masa saat berkumpul bersama keluarga sambil menyiapkan makanan khas lebaran Idul Adha.
“Biasanya masak buras, ketupat, coto, bakar ayam dan berbagai menu lainnya untuk dinikmati bersama keluarga dan tetangga. Tapi sekarang rumah tidak ada, jadi kami rindu dengan suasana itu,” ucap Resha.
Baca juga: Seorang Kapolsek Meninggal Dunia akibat Virus Corona