Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pedagang Oleh-oleh di Makam Sunan Bonang yang Terdampak Pandemi Corona

Kompas.com - 29/07/2020, 23:47 WIB
Hamim,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

TUBAN, KOMPAS.com - Dibukanya kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang untuk para peziarah oleh pemerintah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, disambut gembira warga sekitar.

Sebab, sebagian besar warga sekitar banyak yang menggantungkan nasibnya berdagang di kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang.

Sejak ditutupnya kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang dari peziarah mulai bulan Maret 2020 lalu akibat wabah pandemi Covid-19, membuat roda perekonomian warga sekitar terhenti.

Sepinya pengunjung atau peziarah yang datang sangat dirasakan oleh warga yang setiap harinya mengais rejeki dengan berjualan di sana.

Baca juga: Jatim Cari Investor untuk Proyek Tol Wisata

Seperti yang dialami Jumiati (46), warga yang tinggal di Gang 4, Kelurahan Kutorejo, salah seorang penjual oleh-oleh di kawasan wisata religi tersebut.

Jumiati mengaku, sejak penutupan kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang akibat wabah pandemi Covid-19 sudah tidak ada pemasukan untuk menyambung kebutuhan hidup.

"Enggak ada pemasukan, saya sejak ditutup mulai bulan Maret sampai sekarang kurang lebih 5 bulan ini enggak ada pemasukan sama sekali," kata Jumiati, kepada Kompas.com, Senin (28/7/2020).

Biasanya di hari normal sebelum adanya pandemi Covid-19, usai Lebaran, para pengunjung atau rombongan peziarah banyak yang berdatangan ke Makam Sunan Bonang.

Kini, tidak ada sama sekali pengunjung atau peziarah.

Keadaan yang tak pasti di tengah wabah pandemi Covid-19 memaksa Jumiati harus berhemat dari sisa tabungan yang mereka miliki untuk menyambung hidup bersama suami dan dua orang anaknya.

Selama ditutupnya kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang, rasa keprihatinan Jumiati semakin diuji dengan beban kebutuhan biaya kehidupan sehari hari tanpa ada pemasukan dan penghasilan tambahan.

"Alhamdulillah namanya orang punya tabungan sedikit ya itu yang buat makan," ujar Jumiati, sambil menata jualannya.

Tabungan yang dimilikinya saat ini hampir terkuras habis selama lima bulan terakhir sejak tempat wisata religi itu ditutup dari para peziarah.

Penghasilan suami Jumiati yang bekerja sebagai abdi dalem dan bertugas di pos penjagaan masuk area Makam Sunan Bonang tak cukup untuk menopang kebutuhan hidup keluarga.

Apalagi, anak pertamanya masih kuliah membutuhkan biaya cukup besar, dan anaknya yang kedua juga masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

"Yang berat itu untuk biaya pengeluaran anak kuliah, kemarin saja habis bayar anak kuliah cukup besar, itu yang membuat tabungan terkuras," tutur dia.

Baca juga: Pasca Pemakzulan, 11 Parpol Berkumpul Anggap Bupati Jember Musuh Bersama

Selain pengeluaran biaya kebutuhan kuliah dan sekolah anaknya, biaya pengeluaran lain yang cukup berat membebani kebutuhan keluarga Jumiati adalah biaya pembayaran listrik.

Tanpa ada pemasukan dan penghasilan tambahan, Jumiati harus mengeluarkan biaya untuk pembayaran listrik rumah sebesar Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per bulan.

"Bayar listriknya cukup besar karena dulu pada saat daftar tidak masuk pelanggan bersubsidi," ungkap dia.

Kini, dengan dibukanya kembali kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang, Jumiati dan pedagang lainnnya merasa senang dan gembira dapat kembali mengais rezeki untuk menyambung kebutuhan hidup.

Jumiati dan pedagang lainnya juga bersedia menjalankan protokol kesehatan demi menjaga keselamatan diri maupun warga masyarakat yang lain.

Ia berharap dengan dibukanya kembali Kawasan Wisata Religi Sunan Bonang, para peziarah bisa berdatangan dan pengunjung juga kembali ramai seperti semula, sehingga para pedagang juga mendapat keberkahan rezeki.

"Rezeki tidak bisa ditakar, tapi kalau hari minggu pengunjung banyak biasanya ya agak lumayan hasilnya bisa modal jualan dan untuk kebutuhan hidup," ujar dia.

Baca juga: Kisah Siswa di Dusun Terpencil Sumbawa, Susah Sinyal Terpaksa Pakai HT Selama Belajar di Rumah

Sebelumnya, kebijakan Pemerintah Kabupaten Tuban membuka seluruh kawasan wisata di Tuban dengan penerapan disiplin protokol kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru disambut baik oleh pengelola kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang.

Menurut Sutrisno Rahmad, Plt Ketua Yayasan Mabarrot Sunan Bonang Tuban, pemerintah akan berhadapan dengan problem-problem sosial, jika kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang ditutup selamanya.

Sebab, secara ekonomi pendapatan masyarakat sekitar banyak yang bergantung dari berdagang di kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang, sehingga membuka kawasan wisata untuk masyarakat umum adalah sebuah kewajiban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com