Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Embun Es di Dataran Tinggi Dieng, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 27/07/2020, 19:46 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Fenomena embun es di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dipengaruhi suhu udara yang rendah pada saat musim kemarau dan kelembaban udara yang tinggi.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie menjelaskan, peristiwa terbentuknya embun es merupakan proses perubahan wujud benda secara alami yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu dari mengembun, membeku dan mencair.

"Pada musim kemarau Benua Australia ibarat memiliki mesin kipas angin raksasa yang menghembuskan massa udara bersifat kering dan dingin ke wilayah selatan garis ekuator Indonesia," kata Ajie melalui keterangan tertulis, Senin (27/7/2020).

Baca juga: Fakta Unik Fenomena Embun Es di Kawasan Dieng, 7 Kali Terjadi di Tahun Ini

Menurut Ajie, dataran tinggi Dieng berada pada ketinggian rata-rata 2000 mdpl.

Saat musim kemarau, suhu dapat mencapai nol derajat celsius atau lebih rendah lagi.

Rendahnya suhu di permukaan tersebut, lanjut Ajie, juga sesekali diikuti dengan kelembapan udara yang tinggi.

"Saat musim kemarau, dataran tinggi Dieng memiliki kelembapan udara yang tinggi, berbeda dari daerah lainnya di Jawa Tengah. Tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan. Di sini lah embun es terbentuk," jelas Ajie.

Menurut Ajie, pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh atau terkondensasi menjelang pagi hari. Uap air di udara akan berubah menjadi titik-titik air.

Pada saat yang bersamaan, suhu udara harian juga menuju pada titik minimumnya mencapai nol derajat celsius atau bahkan minus.

"Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air (embun) yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es atau embun es," ujar Ajie.

Baca juga: Ada Fenomena Embun Es, Ini Aturan Berkunjung ke Dieng di Tengah Pandemi

Ajie mengatakan, embun es akan bertahan ketika suhunya masih berada pada kisaran titik beku.

Seiring matahari mulai terbit, embun es perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi.

Diberitakan sebelumnya, fenomena embun es atau yang disebut embun upas oleh warga lokal, muncul selama tiga hari berturut-turut, sejak Jumat (24/7/2020) hingga Minggu (26/7/2020) pagi.

Fenomena tersebut diperkirakan akan terus terjadi hingga bulan Agustus atau September mendatang.

Sepanjang tahun 2020 ini fenomena embun es telah terjadi hingga kurang lebih tujuh kali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com