Sejak Januari 2020, fenomena embun es di Kawasan Dieng sudah terjadi sebanyak 7 kali.
"Pertama di Januari, karena adanya anomali cuaca, karena pengaruh Badai Diana di Laut Selatan Jawa kalau tidak salah," ungkap Aryadi.
Berikutnya, embun es kembali muncul di dataran tinggi Dieng pada Juni.
"Di bulan Juni ada. Kemudian ada lagi, tapi tidak tercatat, tidak terdokumentasikan, saya dapat laporan dari warga. Ramai lagi setelah ada yang nge-upload di medsos, saya lupa di Juni atau Juli, itu yang keempat," jelas Aryadi.
Aryadi menjelaskan, fenomena tersebut diperkirakan akan terjadi hingga puncak dingin, yaitu di bulan Agustus-September.
Tahun lalu, suhu di sekitar bulan itu mencapai minus 9 derajat celsius.
"Puncak paling dingin kemungkinan bulan Agustus-September," katanya.
Sementara itu, dari penjelasan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena embun salju di Dieng disebabkan salah satunya karena perbedaan suhu ekstrem.
Di saat musim kemarau mencapai puncaknya, hampir setiap tahun wilayah di Indonesia bagian selatan akan merasakan suhu lebih dingin di malam hari terutama saat langit cerah.
“Hal itu disebabkan oleh monsun Australia (angin timuran) yang kering dan bertiup lebih kuat melewati lautan yang juga dingin,” tutur Dr Indra Gustari, ST., M.Si., selaku Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG kepada Kompas.com, Minggu (27/7/2020).
(Penulis: Sri Anindiati Nursastri, Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.