SEMARANG, KOMPAS.com - Sucipto Hadi Purnomo, dosen di Universitas Negeri Semarang (Unnes), kembali aktif mengajar.
Sebelumnya pada 14 Februari lalu dosen Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni ini dibebastugaskan dari jabatan oleh rektorat karena diduga melakukan ujaran kebencian dan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo melalui unggahan di akun Facebook pribadinya.
Persoalan tersebut pun menuai polemik karena Sucipto dianggap melanggar disiplin kepegawaian oleh Rektorat Unnes.
Baca juga: Ada Tugas Lain, Rektor Unnes Tak Hadiri Debat dengan Dosen yang Diduga Hina Jokowi
Kendati demikian, persoalan tersebut dianggap selesai karena Rektor Unnes Fathur Rokhman akhirnya mencabut penonaktifan sementara terhadap Sucipto.
Pengaktifan tersebut ditandai dengan penyerahan Keputusan Rektor Unnes Nomor B/401/UN37/HK/2020 tentang Pencabutan Surat Keputusan (SK) Rektor Nomor B/167/UN37/HK/2020 tentang Pembebasan Sementara dari Tugas Jabatan Dosen atas Nama Dr. Sucipto Hadi Purnomo, S.Pd., M.Pd, pada Jumat (24/7/2020) di ruang rektor.
Fathur mengatakan akan selalu menjalin silaturahmi dan komunikasi dengan semua pihak termasuk dengan dengan Sucipto untuk kebaikan bersama.
"Kita semua sesama anak bangsa harus terus tumbuh dan berkembang dengan hal-hal yang positif. Kami ini kan satu keluarga Unnes. Sekarang waktunya bersama untuk memajukan Unnes sehingga Unnes makin unggul," kata Fathur dalam keterangan tertulis, Senin (27/7/2020).
Baca juga: Tak Terima Dinonaktifkan, Dosen Unnes Kirim Surat Keberatan ke Nadiem Makarim
Selain pengaktifan kembali, Rektorat Unnes juga memberikan kembali hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sejak penetapan yakni 23 Juli 2020.
"Selama ini Sucipto menerima gaji penuh setiap bulan dan memiliki kewajiban untuk melakukan presensi. Adapun tunjangan sertifikasi dosen dan remunerasi yang selama lima bulan terakhir ini tidak dicairkan akan diberikan," katanya.
Untuk itu, Fathur berharap Sucipto dapat maksimal menyalurkan energi kreatifnya untuk mendukung kampus.
“Jangan sampai energi kita terlalu banyak tersita untuk hal-hal yang tidak produktif," ujarnya.