Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekanjur Banyu, Keceriaan Warga Kobar di Tengah Kepungan Banjir

Kompas.com - 27/07/2020, 07:47 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Dewantara,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Suasana ramai tampak di Sungai Arut yang melintasi Kampung Sega di Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah, Minggu (26/7/2020).

Mereka menggunakan ban dalam bekas mobil atau truk sebagai pelampung. Jumlahnya ratusan orang. Rata-rata anak muda, laki-laki dan perempuan.

Ada yang duduk santai di atas pelampung, ada juga yang berenang di permukaan air sambil berpegangan pada pelampung.

Baca juga: Bermain di Sungai yang Banjir, Bocah 6 Tahun Hilang Terseret Arus

Satu pelampung ban dalam biasanya digunakan lima hingga enam orang.

Ada yang mengikat beberapa pelampung menjadi satu sehingga bisa dinaiki puluhan orang sekaligus.

Di antara puluhan getek yang melaju di atas sungai, mereka melarutkan diri dari hulu hingga ke hilir mengikut arus air.

Keceriaan tampak jelas di sela-sela tawa dan teriakan mereka dari tengah sungai.

Baca juga: Pergi ke Kebun Saat Banjir Landa Kotawaringin Barat, Mbah Selo Ditemukan Tewas

Jarak saat berlarut di sungai bisa sampai sejauh satu kilometer, bahkan lebih.

Setelah itu mereka akan akan menepi dan berjalan kaki kembali ke hulu. Orang yang tidak ingin capai berjalan kaki memutuskan menyewa getek yang banyak berseliweran.

Saat kembali ini jadi pemandangan unik. Warga menggelindingkan pelampung ban di atas jembatan yang terdapat di dua sisi Sungai Arut.

 

Setelah puas menghanyutkan diri atau bekanjur banyu mengikuti arus sungai hingga ke hilir, warga kembali ke hulu dengan berjalan kaki, Minggu (26/7/2020). Bekanjur banyu adalah kebiasaan masyarakat tepian Sungai Arut, Kalimantan Tengah, saat air sungai meninggi.  KOMPAS.com/DEWANTARA Setelah puas menghanyutkan diri atau bekanjur banyu mengikuti arus sungai hingga ke hilir, warga kembali ke hulu dengan berjalan kaki, Minggu (26/7/2020). Bekanjur banyu adalah kebiasaan masyarakat tepian Sungai Arut, Kalimantan Tengah, saat air sungai meninggi.

Di sepanjang bantaran Sungai Arut yang melintasi wilayah kota terdapat tiga kelurahan di dalam kota Pangkalan Bun dan dua kelurahan di wilayah seberang yang terpisah lebar sungai sejarak 100-an meter ini.

Di tepian sungai terdapat jalan berupa jembatan kayu ulin yang menjadi sarana akses transportasi.

Baca juga: Sang Kepala Desa Itu Hilang Terseret Banjir...

Aktivitas ini oleh masyarakat lokal disebut dengan bekanjur banyu. Dalam bahasa Dayak Ngaju, bekanjur berarti larut atau menghanyutkan diri, sedangkan banyu berarti air.

"Bekanjur banyu bisa dimaknai menghanyutkan diri mengikuti arus permukaan air Sungai Arut," terang Derry Damayanti, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat kepada Kompas.com.

Derry yang warga asli Mendawai menerangkan, tradisi bekanjur banyu biasanya berlangsung pada musim hujan.

Sebab saat itulah air sungai lebih bersih dan dalam. Arus sungai juga lebih deras dari biasanya sehingga menimbulkan sensasi tersendiri saat menghanyutkan diri.

Sejak beberapa pekan terakhir air sungai yang pernah jadi pusat kehidupan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat pada masa lalu terus meninggi seiring hujan yang kerap mengguyur.

Baca juga: Pembangunan Huntara Korban Banjir Luwu Utara Ditargetkan Selesai Satu Bulan

Air Sungai Arut yang biasanya keruh kecokelatan di musim kemarau, kini tampak jernih dengan warna merah kehitaman layaknya air khas rawa gambut Kalimantan.

Warga biasanya mulai terjun ke sungai selepas Ashar. Semakin sore suasana tampak semakin ramai.

 

Menghanyutkan diri mengikuti arus sungai atau bekanjur banyu, aktivitas yang sudah menjadi tradisi bagi warga tepian Sungai Arut, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ratusan warga bekanjur banyu, Minggu (26/7/2020).   KOMPAS.com/DEWANTARA Menghanyutkan diri mengikuti arus sungai atau bekanjur banyu, aktivitas yang sudah menjadi tradisi bagi warga tepian Sungai Arut, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ratusan warga bekanjur banyu, Minggu (26/7/2020).
Selain menggunakan pelampung ban, ada yang bermain ski air tradisional dengan hanya menggunakan sebilah papan dengan panjang sekitar satu meter dan ditarik menggunakan getek.

Aksi ini banyak mendapat perhatian warga meski hanya sekilas.

Banyak warga atau wisatawan dari luar Pangkalan Bun yang tertarik untuk sekadar menonton dari tepian sungai atau turut menceburkan diri.

Tidak sedikit yang menonton sambil menumpang getek yang disewakan penduduk setempat.

Baca juga: Jokowi Kirim Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Luwu Utara

Cukup dengan tarif Rp 50 ribu wisatawan bisa menikmati tontonan menarik aksi bekanjur banyu langsung dari tengah sungai.

Dikepung Banjir

Tahun ini, aktivitas bekanjur banyu dilakukan warga di tengah suasana kesedihan.

Tidak hanya akibat terbatasnya aktivitas akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), tetapi juga karena banjir yang saat ini melanda sejumlah kelurahan dan desa di tepian Sungai Arut.

Genangan air dengan ketinggian rata-rata berkisar 30 centimeter hingga satu meter menyebabkan banyak jiwa harus mengungsi ke tempat saudara atau kerabat mereka.

Dua pecinta fotografi mengabadikan momen bekanjur banyu di Sungai Arut, Kalimantan Tengah, Minggu (26/7/2020). KOMPAS.com/DEWANTARA Dua pecinta fotografi mengabadikan momen bekanjur banyu di Sungai Arut, Kalimantan Tengah, Minggu (26/7/2020).

Bekanjur banyu adalah salah satu cara warga melepaskan ketegangan akibat bencana yang mendera.

"Dari dulu memang sudah biasa warga yang berdiam di tepian Sungai Arut ini mandi di sungai sambil bermain-main dengan pelampung, apalagi kalau arus sedang deras.

Memang saat yang pas itu ya seperti sekarang ini," ujar Derry.

Baca juga: Warga Masamba Masih Dihantui Trauma Banjir Bandang: Lebih Horor Hujan Ketimbang Covid-19

Aktivitas bekanjur banyu ternyata juga menarik perhatian pegiat fotografi seperti Nomy dan Muhammad Alwan.

Nomy yang tinggal di Kumai, sekitar lima belas kilometer dari Pangkalan Bun, mengaku penasaran dengan suasana bekanjur banyu yang menurutnya terbilang unik.

Latar belakang rumah panggung dari kayu yang menjadi ciri permukiman tepian sungai di Kalimantan menjanjikan pemandangan eksotis jika dilihat dari kawasan Water Front City Pangkalan Bun yang dikenal dengan nama Kampung Sega.

Belum lagi ditambah semburat cahaya matahari sore yang perlahan terbenam di ufuk barat.

"Ada nuansa keemasan yang terpantul di air sungai dari cahaya matahari saat akan terbenam. Kalau bisa menangkap momen itu ada kepuasan tersendiri," kata Nomy yang mengikuti hingga aktivitas warga bekanjur banyu berakhir saat menjelang azan Magrib menggema.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com