Dea pun sempat terjangkit virus Corona dan mengalami demam tinggi dan sesak napas.
Bahkan indera penciuman dan pengecapnya sempat hilang atau tidak berfungsi.
Namun beruntung Dea masih diberi kesembuhan oleh Tuhan.
Dea kemungkinan tertular dari keluarganya karena dia yang merawat keluarganya selama sakit.
Dia mengaku keluarganya sempat difitnah tidak tertib melakukan protokol kesehatan, padahal mereka sudah menjalankan.
"Kan aneh, padahal kita di rumah saja, isolasi mandiri, enggak ke mana-mana. Tapi banyak banget yang fitnah. Terus tetangga mandangnya kayak gimana gitu. Itu awal-awal, seminggu pertama," kata Dea.
Seminggu setelahnya, masyarakat di lingkungan rumah orangtua Dea di Gubeng Kertajaya, Surabaya, mulai peduli dan memberi semangat, bahkan memberi bantuan makanan.
Namun ketika Dea dinyatakan positif Covid-19, dia kembali mendapatkan stigma negatif dari warga di lingkungan rumahnya di kawasan Rungkut, Medokan Ayu, Surabaya.
Dia ditolak saat mengurus surat keterangan dari pengurus RT/RW lantaran terkonfirmasi positif.
"Stigma negatif di masyarakat itu masih melekat bagi kami para keluarga korban Covid-19, dan aku sendiri pernah ada di posisi itu (terjangkit Covid-19)," ujar Dea.
Baca juga: Sederet Cerita Warga Takut Di-Rapid Test, Malah Tawarkan Uang Damai dan Mengungsi ke Pulau Lain