Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah, Ibu, dan Kakak yang Hamil Akhirnya Meninggal karena Covid-19, Dea: Ini Mimpi Buruk Buatku

Kompas.com - 25/07/2020, 16:06 WIB
Rachmawati

Editor

Namun ia memahami jika masyarakat di lingkungannya mulai resah dengan kabar kakaknya terpapar Covid-19.

Baca juga: Tak Pernah Cek Kesehatan, TKA China di Bangka Positif Covid-19, Ini Komentar Satgas

Waktu berjalan, para tetangga mulai bisa menerima keluarga Dea. Bahkan warga di kampungnya membantu keluara Dea dengan memberi bantuan makanan.

Namun stigma kembali muncul saat Dea juga dinyatakan positif Covid-19.

Dea bercerita suatu hari dia sempat mengurus surat keterangan ke RT/RW di lingkungan rumahnya di kawasan Rungkut, medokan Ayu, Surabaya.

Permintaan surat keterangan tersebut diwakili oleh keluarganya. Namun ketua RT setempat menolak memberikan surat keterangan lantaran mendapat informasi jika Dea positif Covid-19.

"Stigma negatif di masyarakat itu masih melekat bagi kami para keluarga korban Covid-19, dan aku sendiri pernah ada di posisi itu (terjangkit Covid-19)," ujar Dea.

Baca juga: Seorang TKA Asal China yang Bekerja di Bangka Positif Covid-19

Minta jangan anggap remeh virus corona

Saat ini, menurut Dea, masih banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 hanya rekayasa untuk menakut-nakuti.

Namun ia mengatakan jika setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang Covid-19.

Dia juga tak mau menyalahkan jika sebagian masyarakat mempercayai jika virus corona adalah konspirasi. Tapi ia berharap agar masyarakat yang menganggap remeh virus corona tak seharusnya bersikap abai.

Apalagi bertindak membahayakan orang lain dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga: Perkantoran Jadi Klaster Baru Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

"Bisa jadi mereka (yang menganggap remeh Covid-19) memang kebal, karena merasa masih muda. Tapi kan belum tentu orang-orang disekelilingnya," ujar Dea.

"Jadi orang-orang kayak gini, dijelasin bagaimana pun kalau mindset-nya enggak percaya atau bahkan masa bodoh, enggak bakal masuk," kata Dea.

"Karena mereka belum merasakan sendiri bagaimana rasanya kehilangan keluarga, orang-orang terdekat. Coba mereka merasakan kayak gitu, pasti bakal percaya bahwa Covid-19 itu ada," tutur Dea.

Baca juga: Potret Kelurahan Liliba Kupang, Kelurahan Terbaik Penerapan Protokol Covid-19

Dea berharap pengalaman pahit yang ia alami yakni kehilangan anggota keluarganya bisa membuat masyarakat bahwa virus corona itu nyata.

"Karena enggak ada salahnya juga kan pakai masker. Kalau memang tidak peduli dengan kesehatan sendiri, paling tidak kamu peduli sama kesehatan keluargamu," pesan Dea.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ghinan Salman | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com