Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dea Kehilangan Satu Keluarga karena Covid-19: Hidup dalam Stigma hingga Heran Ada yang Merasa Kebal

Kompas.com - 25/07/2020, 09:26 WIB
Ghinan Salman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Dea pun dapat memetik pelajaran hidup dari rentetan musibah yang dia alami di tahun ini.

"Jadi aku hanya mengimani bahwa ini sudah takdir Allah. Aku ikhlas saja. Allah mungkin menganggap aku kuat dan bisa melalui ini, jadi enteng saja sih," kata Dea.

"Walaupun, enggak dimungkiri juga kalau aku diam-diam (melamun) masih nangis. Ya, aku cuma bisa mendoakan, bisa berdoa dan ikhlas. Kunciku cuma itu saja untuk bisa melalui ini semua," tutur Dea menambahkan.

Stigma keluarga korban Covid-19 melekat

Semenjak kakaknya dinyatakan positif Covid-19, Dea mengaku keluarganya banyak mendapat stigma buruk dari masyarakat.

Bahkan, kakaknya difitnah sering keluyuran dan tak melakukan isolasi mandiri di rumah. Kemudian, suami kakaknya juga dituduh melarikan diri dari rumah.

Baca juga: Kisah di Balik APD Fashionable yang Viral di Medsos...

Saat itu, Dea memahami bahwa masyarakat di lingkungan rumahnya resah dengan kabar kakaknya terjangkit Covid-19.

Namun, pandangan negatif dari masyarakat itu amat mengganggu Dea dan keluarga.

"Kan aneh, padahal kita di rumah saja, isolasi mandiri, enggak ke mana-mana. Tapi, banyak banget yang fitnah. Terus tetangga mandangnya kayak gimana gitu. Itu awal-awal, seminggu pertama," kata Dea.

Beruntung, stigma negatif terhadap keluarga Dea tak berlangsung lama.

Masyarakat di lingkungan rumah orangtua Dea di Gubeng Kertajaya, Surabaya, mulai menerima keluarga Dea dengan baik.

Menurut Dea, warga di kampungnya menjadi lebih peduli dan ikut memberi semangat, termasuk memberi bantuan berupa makanan.

Meski demikian, stigma itu kembali muncul setelah Dea sempat dinyatakan positif Covid-19.

Dea kemungkinan besar tertular dari tiga anggota keluarganya yang meninggal.

Baca juga: Cerita Dimas, ke Sekolah Sendirian karena Tak Mampu Beli Smartphone untuk Belajar Online

Sebab, saat masa perawatan, Dea ikut merawat langsung ayah, ibu, dan kakaknya yang terinfeksi Covid-19.

Suatu hari, Dea pernah mengurus surat keterangan ke RT/RW di lingkungan rumah Dea di kawasan Rungkut, Medokan Ayu, Surabaya.

Namun, ketua RT setempat menolak memberikan surat keterangan lantaran mendapat informasi bahwa Dea positif corona.

Padahal, kata Dea, permintaan surat keterangan itu diwakili oleh keluarganya, tetapi tetap ditolak.

"Stigma negatif di masyarakat itu masih melekat bagi kami para keluarga korban Covid-19, dan aku sendiri pernah ada di posisi itu (terjangkit Covid-19)," ujar Dea.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com