Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Ciptakan Vent-I, Salman ITB Dirikan Lembaga Inovasi Terbuka

Kompas.com - 24/07/2020, 18:42 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Pencipta ventilator portabel Vent-I, Syarif Hidayat mengaku banyak pelajaran yang dipetik dari proses pembuatan Vent-I.

“Salah satunya Indonesia harus lebih berani dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Termasuk dalam pengadaan alat kesehatan (alkes),” ujar Syarif saat dihubungi, Jumay (24/7/2020).

Untuk mewujudkan itu, Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB akan membentuk lembaga open innovation ecosystem atau ekosistem inovasi terbuka. Di lembaga ini akan tercipta lingkungan yang memungkinkan inovasi secara terbuka.

Baca juga: Wakaf Salman ITB Beri Bantuan Alat Penanganan Corona ke Masjid, Gereja hingga Kelenteng

Sekretaris Pembina YPM Salman ini mengatakan, ada dua hal yang dibangun dalam lembaga tersebut. Pertama, studio terbuka (open studio) dengan fasilitas co-working.

Nantinya akan ada fasilitas fisik dan non fisik mahasiswa atau siapa pun untuk menunjukkan idenya. Baik model, desain, ataupun prototipe.

“Semua peralatan akan kita tunjung. Tentunya sebisa kami,” ucap dia.

Kelas pelatihan

Dalam co-working ini akan ada kelas atau pelatihan dari tenaga ahli yang memberikan ilmunya secara sukarela. 


Jadi, siapa pun tenaga ahli yang mau mewakafkan waktunya dua jam bisa datang ke tempat itu.

Nanti mahasiswa mana pun yang mau belajar tentu ahli produksi, ahli desain, dan lainnya silakan datang. Mau magang pun dipersilakan, nanti Salman menyediakan alatnya.

Seperti saat ini, para mahasiswa yang mengerjakan Vent-I di Salman ITB ketagihan. Mereka mendapatkan sesuatu yang baru yang tidak didapat di bangku sekolah atau kuliah.

Mereka berasal dari ITB, Nurtanio, UPI, Polban, Polman, dan masih banyak lagi. Statusnya ada yang magang, kerja praktek, macam-macam.

“Di sini akan menjadi tempat bertukar ide, sehingga mahasiswa terbiasa. Kita ingin menciptakan komunitas baru yang tidak memakan birokrasi,” ungkap dia.

Kedua, sistem pendanaan untuk teknologi afirmatif. Dari pengalamannya di Vent-I yang menggunakan dana masyarakat, orang berani mengumpulkan uang karena timnya membuat teknologi afirmatif yang sudah jelas untuk menolong orang.

Nantinya, sistem pendanaan ini tidak melulu uang. Tapi sumbangan pemikiran pun sangat membantu.

Misal nanti di Indonesia bagian timur, bagaimana caranya memasok obat-obatan ke daerah terpencil menggunakan drone. Sehingga tak perlu lagi menggunakan perahu.

Baca juga: Unpad Bersama ITB dan Rumah Amal Salman Berhasil Buat Ventilator Portabel

Rencana besar tersebut, sambung Syarif, harus terwujud. Sebab selama ini ekosistem inovasi di Indonesia belum berjalan maksimal.

Contohnya, hasil penelitian yang tidak dibutuhkan masyarakat dan hanya berakhir sampai ruang pameran. Ini terjadi karena peneliti tidak bertanya apa sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com