Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Menegangkan, Menjadi Saksi Mata Operasi SAR di Tengah Laut

Kompas.com - 24/07/2020, 12:46 WIB
Hendrik Yanto Halawa,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

GUNUNGSITOLI, KOMPAS.com – Petugas piket Basarnas Nias, Sumatera Utara, tiba-tiba mendapat laporan darurat, Rabu (22/7/2020).

Sebuah kapal motor milik nelayan dilaporkan mengalami kebocoran.

Kapal tersebut mengangkut 6 orang anak buah kapal termasuk seorang tekong atau nahkoda.

Kantor Basarnas Nias langsung merespons cepat dengan membuka operasi pencarian dan penyelamatan.

"Piket Basarnas Nias menerima laporan kecelakaan di laut bahwa ada kapal yang bocor dan membawa 6 orang nelayan," ujar Kepala Basarnas Nias M Agus Wibisono kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Gadis Berusia 15 Tahun Diperkosa 8 Pria, Korban Sempat Muntah Darah

Menurut informasi awal, kapal tersebut menuju Pulau Bintana.

Namun, tekong kapal bernama Peringatan Mendrofa menghubungi pemilik kapal dan Yusman Harefa selaku Kepala Desa Hilihao, Kecamatan Gunungsitoli.

Mendrofa memberitahu bahwa mereka akan kembali ke Moawo karena kapalnya mengalami kebocoran.

Tim SAR mendapat informasi bahwa kapal dan kru berada pada titik koordinat 01°24'36" N-097°41'06" E,  dengan jarak tempuh 11,1 mil laut, radial 008 derajat.

Tim pencari tidak hanya dari SAR Nias, namun juga dari Tim Pos Pengamatan Angkatan Laut (Lanal) Nias, pemilik kapal dan keluarga kru kapal.

Baca juga: Mantan Model Dilaporkan, Diduga Menipu Berkedok Arisan Online, Ini Pengakuan Korban

Sejumlah jurnalis termasuk Kompas.com menawarkan untuk ikut serta dalam misi pencarian dan penyelamatan tersebut.

Kepala Basarnas Nias M Agus  Wibisono memberikan izin dan memberitahu Kepala Seksi Operasi Basarnas Nias Benteng Telaumbanua mengenai keikutsertaan para jurnalis.

Membelah ombak di tengah kegelapan

Satu unit Rigid Inflatable Boat (RIB) 01 langsung diturunkan dari galangannya.

RIB 01 meluncur halus di atas permukaan Sungai Idanoi.

Satu per satu anggota tim SAR dan awak media naik ke atas kapal cepat dan langsung  duduk di baris ketiga.

RIB 01 dikemudikan langsung oleh Nakhoda KN SAR Nakula 230 yang biasa dipanggil Kapten Arotama Telaumbanua.

Perlahan kapal keluar dari muara sungai idanoi, mengikuti alur arus sungai yang tidak begitu deras.

Lama-kelamaan kapal bertemu dengan hempasan alun gelombang laut.

Suasana gelap terasa mengelilingi kapal.

Cahaya yang ada hanya berasal dari lima buah senter, termasuk yang biasa digunakan para jurnalis untuk menerangi saat peliputan malam hari.

Baru saja keluar dari mulut muara Sungai Idanoi, kapal kami langsung disambut gelombang laut yang datang silih berganti, membuat seluruh penumpang yang berjumlah 11 orang harus ekstra hati-hati.

Tangan kami berpegangan pada besi tempat duduk masing-masing.

Gelombang laut terkadang cukup kuat, hingga membuat kami oleng ke kiri dan kanan.

Beberapa jurnalis berusaha mengabadikan suasana dengan kamera.

Namun hasilnya banyak yang buram, gelap, hingga wajah yang melebar tak keruan di dalam foto.

Beberapa kali kami mendapat hantaman keras gelombang, karena angin laut yang lumayan besar.

Kami pun sempat membuka situs bmkg.go.id, sambil berharap cemas supaya alam mendukung upaya pencarian dan penyelamatan kali ini.

"Kecepatan angin 2-20 knot, cuaca hujan lebat, ketinggian gelombang 2-4 meter, arah angin selatan - barat laut," bunyi keterangan di dalam situs web BMKG.

Semua penumpang RIB 01 kemudian hanya membisu. Beberapa personel Tim SAR menyenter ke segala arah.

 

Nakhoda kapal RIB 01 Milik SAR Nias, yang di nakhodai oleh Kapten Arotama Telaumbanu, berusaha segera menemukan lokasi 6 korban kru kapal dan satu unit kapal motor nelayan yang bocor.HENDRIK YANTO HALAWA Nakhoda kapal RIB 01 Milik SAR Nias, yang di nakhodai oleh Kapten Arotama Telaumbanu, berusaha segera menemukan lokasi 6 korban kru kapal dan satu unit kapal motor nelayan yang bocor.
Luasnya laut terasa tak berbatas di dalam kegelapan yang dibayangi awan hitam dan gelombang yang mulai tak tentu arah.

Suasana menegangkan timbul saat angin bertiup sedikit kencang dan rintik hujan yang mulai membasahi baju kami.

Pemilik kapal motor yang ikut bersama kami, Ama Neti Gea, tampak gelisah.

Dia berulang kali mencoba menghubungi tekong kapal. Namun tidak ada jawaban sama sekali.

"Sudah 25 kali saya hubungi sejak kita keluar dari muara tadi, tak ada seorang pun yang angkat teleponnya," ucap Ama Neti Gea.

Ama Gea terlihat sedih. Berdasarkan informasi terakhir, kapal miliknya bocor pada ruang mesin dan ruang kemudi kapal.

"Pak kapten, tolong... kita harus menemukan mereka. Kondisi cuaca saat ini mulai tidak mendukung, atau bagaimana," kata Ama Gea dengan nada suara yang samar di antara angin laut dan suara mesin.

"Baik Pak, namun kita harus tetap hati-hati dalam kondisi saat ini. Cuaca memang susah diprediksi," jawab Kapten Arotama.

Telepon Ama Neti Gea tiba-tiba menyala dan muncul suara yang meminta untuk mengarah pada jalur 026 dekat Moawo. Kapten kapal kemudian menyesuaikan kompas di tangannya.

Namun, upaya pencarian tidak juga membuahkan hasil.

Muncul titik terang

Setelah menempuh waktu selama 4 jam di atas pemukaan laut, muncul titik terang yang mengarah pada objek yang dicari.

Dari kejauhan terlihat sebuah kapal yang sedang terombang-ambing oleh  gelombang laut.

Tebakan kami benar, objek yang terlihat samar-samar itu adalah kapal yang selama ini dicari.

Ama Neti secara spontan berteriak, berharap semua awak kapal selamat.

 

"Apakah kalian semua selamat," kata Ama Gea.

Tekong kapal yang bernama Peringatan Mendrofa membalas teriakan Ama Gea.

"Iya kami semua selamat, cuma kapal yang bocor,"  kata Mendrofa.

Secara perlahan, RIB 01 mendekati kapal. Salah seorang personel SAR Nias langsung melempar tali ke arah kapal yang bocor.

Pemilik kapal langsung melompat dan memeriksa seluruh kru yang ada.

Mendrofa mengatakan, kejadian ini diketahui saat ruang mesin dan ruang kemudi dipenuhi dengan air.

Mendrofa langsung memerintahkan seluruh kru utuk membuang air laut dan membuat cetakan dari semen putih yang ada di atas kapal untuk menutupi kebocoran.

"Kapal terasa melambat, ternyata ada yang bocor. Mungkin akibat hantaman gelombang saat kembali dari melaut," kata Mendrofa.

Semua penumpang kapal langsung dievakuasi oleh Tim SAR. Mereka semua melaporkan dalam kondisi baik.

Tim SAR kemudian menginformasikan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan musibah kecelakan di laut ditutup secara resmi.

Seluruh potensi SAR yang ikut dalam misi tersebut kemudian dikembalikan ke satuan masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com