Satu per satu anggota tim SAR dan awak media naik ke atas kapal cepat dan langsung duduk di baris ketiga.
RIB 01 dikemudikan langsung oleh Nakhoda KN SAR Nakula 230 yang biasa dipanggil Kapten Arotama Telaumbanua.
Perlahan kapal keluar dari muara sungai idanoi, mengikuti alur arus sungai yang tidak begitu deras.
Lama-kelamaan kapal bertemu dengan hempasan alun gelombang laut.
Suasana gelap terasa mengelilingi kapal.
Cahaya yang ada hanya berasal dari lima buah senter, termasuk yang biasa digunakan para jurnalis untuk menerangi saat peliputan malam hari.
Baru saja keluar dari mulut muara Sungai Idanoi, kapal kami langsung disambut gelombang laut yang datang silih berganti, membuat seluruh penumpang yang berjumlah 11 orang harus ekstra hati-hati.
Tangan kami berpegangan pada besi tempat duduk masing-masing.
Gelombang laut terkadang cukup kuat, hingga membuat kami oleng ke kiri dan kanan.
Beberapa jurnalis berusaha mengabadikan suasana dengan kamera.
Namun hasilnya banyak yang buram, gelap, hingga wajah yang melebar tak keruan di dalam foto.
Beberapa kali kami mendapat hantaman keras gelombang, karena angin laut yang lumayan besar.
Kami pun sempat membuka situs bmkg.go.id, sambil berharap cemas supaya alam mendukung upaya pencarian dan penyelamatan kali ini.
"Kecepatan angin 2-20 knot, cuaca hujan lebat, ketinggian gelombang 2-4 meter, arah angin selatan - barat laut," bunyi keterangan di dalam situs web BMKG.
Semua penumpang RIB 01 kemudian hanya membisu. Beberapa personel Tim SAR menyenter ke segala arah.