Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Petani Nyalindung Sukabumi, Sawah Ambles akibat Tanah Bergerak, Kini Terpaksa Beli Beras

Kompas.com - 23/07/2020, 19:19 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Lahan persawahan ambles di Kampung Caringin, Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, mulai April 2020.

Hingga kini lahan persawahan milik warga itu masih terus bergerak secara perlahan. Dampaknya lahan persawahan tidak dapat ditanami kembali dengan padi.

Selain memporakporandakan kondisi tanah di lahan persawahan seluas sekitar 5 hektar, bencana geologi ini mengancam sedikitnya 11 unit rumah yang terletak di pinggiran persawahan.

"Sekarang sawahnya sudah nggak bisa ditanami kembali," ungkap Eros (60) saat berbincang dengan Kompas.com di areal sawah miliknya yang sudah kering, Kamis (23/7/2020).

Baca juga: PVMBG Selidiki Tanah Bergerak yang Rusak Puluhan Rumah di Sukabumi

Padahal lanjut dia, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat mengandalkan hasil padi dari sawahnya. Sekarang lahan sawahnya rusak sudah tiga bulan sehingga ke depan tidak akan punya hasil padi.

"Biasanya punya beras dari sawah, sekarang harus beli beras," keluh dia.

Eros juga menuturkan sebelumnya dia dan suaminya mempunyai rumah di lokasi dekat sawah miliknya yang ambles. Namun, sekitar tujuh tahun lalu, rumahnya rusak karena tanahnya ambles.

Akhirnya lanjut dia karena saat itu kondisi rumahnya sudah tidak layak huni dan terancam ambruk dipindahkan ke perkampungan. Pemindahan rumah mendapatkan bantuan dari unsur Muspika Nyalindung.

"Kejadiannya sekitar tujuh tahun lalu," ujar Eros.

Baca juga: Longsor dan Tanah Bergerak, Tiga Keluarga di Kulonprogo Mengungsi

Saat ini, dia berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Karena kondisinya sudah semakin tua dan tidak bisa bekerja lagi.

"Sekarang saya tinggal bersama suami Pak Dangdang usianya juga sudah tujuhpuluh tahun," kata dia.

Warga lainnya, Habel Iman Suherno (70) menilai rumahnya dalam kondisi aman meskipun terletak tepat di pinggiran areal lahan persawahan ambles. Namun bila kondisinya berubah akan mengikuti anjuran pemerintah.

"Saat kejadian yang besar, sekitar April lalu. Tapi saat kami sedang tidak ada di rumah," aku Suherno saat ditemui di rumahnya.

 

Seingat dia, kejadian lahan persawahan ambles sudah sekitar tiga atau empat kali. Awalnya lokasi lahan ambles jauh dari rumahnya, namun terus meluas hingga mendekati pinggiran rumah, terlebih lagi dipicu hujan deras.

"Seingat saya tanah ambles ini sekitar tiga tahun lalu," ujar Suherno sambil mengingat-ingat kejadian awal.

Ketua RT Kampung Caringin, Isep Rahmat Mihendra mengatakan data sementara rumah yang terancam akibat lahan persawahan ambles dan tanah bergerak berjumlah 11 rumah.

Sedangkan pemilik sawah yang ambles sebanyak tujuh orang.

"Kejadian amblesnya April lalu dan yang terbesar. Memang sebelum-sebelumnya ada amblesan tapi longsoran kecil," kata Isep saat mendampingi Tim Penyelidikan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com