Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Pemuda Lereng Merapi Bersihkan Gunung Sambil Kenakan Kostum Superhero

Kompas.com - 22/07/2020, 17:14 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mendaki gunung menjadi aktivitas yang digemari. Sebelum pandemi Covid-19, setiap musim liburan para pendaki berbondong-bondong melakukan aktivitas ini.

Namun, masih ada beberapa pendaki tidak memperdulikan kebersihan lingkungan.

Mereka masih meninggalkan sampah baik di pos pendakian maupun di jalur pendakian. Akibatnya, gunung menjadi kotor karena sampah.

Baca juga: Gunung Karangetang Keluarkan Sinar Api Setinggi 10 Meter dan Leleran Lava

Kondisi tersebut, membuat sekelompok pemuda yang tinggal di wilayah lereng Gunung Merapi prihatin.

Mereka lantas membersihkan gunung dari sampah-sampah. Uniknya, sekelompok pemuda ini membersihkan gunung dari sampah mengenakan kostum superhero dan film laga.

Kegiatan membersihkan gunung ini dimulai Lilik Rudiyanto (29) warga Dusun Srodokan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Aktivitas naik gunung sambil mengambil sampah dilakukan Lilik sejak 2008 setelah melihat kondisi sekitar jalur dan pos pendakian yang kotor.

Baca juga: Perjuangan Siswa di Selayar Belajar Online, Naik Turun Gunung untuk Cari Sinyal

Dia pun spontan untuk mengambil sampah yang dibuang sembarangan.

"Hanya refleks saja, tidak ada tujuan tertentu, pokoknya setiap ada sampah saya ambil. Ya biar bersih saja," ujar Lilik saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/07/2020).

 

Lilik Rudiyanto (29) dan kawan-kawan saat memberihkan Gunung Merbabu dari sampah mengenakan kostum tokoh dalam filmKOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Lilik Rudiyanto (29) dan kawan-kawan saat memberihkan Gunung Merbabu dari sampah mengenakan kostum tokoh dalam film
Seiring berjalanya waktu, Lilik bertemu dengan beberapa teman yang juga tinggal di lereng Gunung Merapi daerah Magelang dan Boyolali.

Mereka adalah Sulistyo, Wawan Herman, Mardi Santoso, Andrian Januriyanto, M. A. R. Hakim dan Ristyanto.

Lilik dan enam temanya tersebut ternyata mempunyai pemikiran yang sama soal sampah yang berserakan di gunung.

"Saya dulu naik sama kelompok lain, tapi saya ajak mengambil sampah responsnya tidak semangat. Terus ya ketemu dengan teman-teman dari Dukun Magelang, Boyolali dan ternyata cocok, sepemikiran," ungkapnya.

Baca juga: Peningkatan Aktivitas, Status Gunung Raung Naik Jadi Waspada

Aksi membersihkan jalur pendakian menggunakan kostum baru dilakukan Lilik dan teman-temannya mulai 2017.

"Saya yang bikin kostum saya, karena saya kan usaha sablon kaus. Ya menggunakan sisa-sisa bahan saya jahit sendiri," bebernya.

Kostum yang digunakan antara lain dari tokoh film kartun Son Goku, tokoh film laga Wiro Sableng, kemudian tokoh Pat Kai dan Kera Sakti.

Menurut Lilik, mereka menggunakan kostum untuk menarik perhatian publik sembari menyosialisasikan pelestarian lingkungan.

"Kalau menarik orang jadi memperhatikan apa yang dilakukan. Jadi ini sebagai bentuk sosialisasi pelestarian alam," bebernya.

Baca juga: Terjadi Gempa Vulkanik, BNPB Ingatkan Potensi Erupsi Gunung Merapi

Selain membersihkan sampah, para pemuda ini juga memberikan edukasi kepada para pendaki yang ditemui.

"Setiap ketemu pendaki ya kita ajak ngobrol, karena kita memakai kostum mereka menjadi tertarik ada yang mengajak foto juga. Dari ketertarikan itu kita jadi bisa ngobrol santai sambil sedikit-sedikit memberikan edukasi, nanti sampahnya dibawa turun ya, dan lain-lain," ucapnya.

 

Tak hanya itu, para pemuda ini juga selalu membawa bibit tanaman saat melakukan aktivitas bersih gunung.

Bibit tanaman diambil dari tempat pembibitan Forum Merapi Merbabu Hijau, mereka tanam di sekitar jalur yang dilewati.

"Kita hanya bawa bibit sekuatnya saja. Jadi itu bibit pohon konservasi, ada jambu, tesek, gayam, pule," ujarnya.

Kegiatan menanam bibit dan bersih gunung ini mereka lakukan di Gunung Merbabu dan Merapi. Dua gunung tersebut dipilih karena dekat dengan tempat tinggal mereka.

Baca juga: Antisipasi Erupsi Gunung Merapi, BPBD Klaten Petakan Tempat Evakuasi Warga

Namun, karena sedang pandemi dan gunung ditutup kegiatan bersih gunung sementara berhenti.

Kegiatan nantinya akan dilanjutkan kembali setelah pendakian dibuka kembali.

"Biasanya sampah plastik, ada bungkus makanan, bekas minuman mineral. Sekali turun bisa dua trash bag itu penuh, itu saja botol-botol minuman sudah digepengkan," ungkapnya.

Sampah yang dibawa tersebut, lanjutnya kemudian diserahkan ke basecamp pendakian. Di sana, sudah ada orang yang memisah-misahkan sampah untuk dijual.

"Di basecamp itu kan ada tempat tersendiri, seperti di Merbabu itu disiapkan tempat dan ada ibu-ibu yang memisahkan sampah," tandasnya.

Diakuinya kegiatan bersih gunung dengan mengenakan kostum tidak selamanya menuai respons positif. Bahkan sempat mereka disebut hanya mencari sensasi dan ingin terkenal.

Baca juga: Sultan HB X Minta Masyarakat Tak Khawatir Soal Kondisi Merapi

Namun hal itu tidak pernah Lilik dan kawan-kawan tanggapi. Bagi Lilik dan kawan-kawan yang terpenting adalah alam tetap terjaga dan bersih dari sampah.

"Sempat di media sosial ramai, ada yang mengira agar viral dan lain-lain. Tapi saya dan teman-teman tidak mengubris itu," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com