Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Rasulan di Gunungkidul, Bertahan meski Sepi karena Pandemi

Kompas.com - 20/07/2020, 16:55 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tradisi rasulan atau bersih desa menjadi bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Namun, dalam masa pandemi ini, situasinya berbeda. Sebab, meski ada perayaan, tetapi dilakukan sederhana.

Tak banyak sanak saudara yang berkunjung ke rumah untuk merayakan rasulan. 

Baca juga: Perkawinan Sedarah di Kerinci, Antara Tradisi dan Pemicu Bayi Stunting

Rasulan merupakan ungkapan rasa syukur warga setelah panen beberapa pekan sebelumnya.

Tradisi rasulan biasanya melewati prosesi panjang, beberapa hari sebelum pelaksanaan sudah dilakukan ritual.

Namun, puncak utamanya kenduri di balai kalurahan atau padukuhan setempat. Nantinya warga membawa makanan dari rumah berupa nasi, lauk, sayuran, hingga ayam ingkung. 

Setelah kenduri, biasanya makanan dicampur dan dibagikan kembali kepada warga.

Jika ada keluarga tak membawa makanan pun tidak dipermasalahkan, mereka tetap akan memperoleh nasi lauk yang diletakkan dalam anyaman daun kelapa atau dikenal nama "sarang".

Baca juga: Beleuto, Tradisi Lama Gorontalo yang Dikenalkan pada Era New Normal

 

Di rumah, selama sehari, teman, saudara atau warga yang lain, diajak untuk mampir mencicipi hidangan yang sudah dibuat oleh pemilik rumah, dan malam harinya berbagai hiburan dihadirkan untuk masyarakat.

Namun hal itu berbeda di saat pandemi, tidak ada lagi hiburan, tidak ada gelak tawa keluarga atau teman yang datang ke rumah yang merayakan rasulan.

Sebab, sejumlah desa masih melarang orang luar untuk berkunjung.

Seperti yang dilakukan Padukuhan Sumberjo, Kalurahan Ngawu, Kapanewon Playen, warga disana biasanya setiap merayakan rasulan mengadakan kenduri di Balai Padukuhan, namun sekarang diserahkan ke masing-masing RT. 

Seperti yang dilakukan salah seorang warga Padukuhan Sumberjo, Sutinem, meski bukan petani, dia tetap mengikuti tradisi yang sudah diikuti turun temurun.

Sejak Sabtu (18/7/2020) sudah menyiapkan berbagai makanan yang akan dibawa kenduri pada hari Minggu (19/7/2020).

"Tahun ini masaknya lebih sedikit, karena untuk hantaran ke saudara, dan kenduri. Biasanya ada teman anak saya datang, tahun ini kan masih pandemi jadi tidak ada yang datang," kata Sutinem kepada wartawan di sela kenduri rasulan di rumah salah satu warga Minggu.

Dari pengamatan, upacara kenduri pun dilakukan sederhana tak banyak warga yang hadir, karena hanya sebagian warga RT 29.

Mereka mengikuti secara khusyu kenduri yang dipimpin oleh salah satu pemuka agama Kalurahan Ngawu.

Secara umum, kenduri menggunakan doa agama Islam, namun bagi yang beragama lain pun diperkenankan berdoa sesuai dengan yang dianutnya. 

Setelah doa dipanjatkan, panitia acara langsung membagikan makanan yang diletakkan dalam sarang.

Bagi warga yang tidak datang pun diantarkan ke rumah. Makanan dalam sarang berisi nasi, lauk, dan sayur. 

Kepala Padukuhan Sumberjo, Syaefudin Zuhri mengatakan, karena masa pandemi, tahun ini perayaan rasulan diserahkan ke masing-masing RT, sehingga tidak dirayakan di Balai Padusunan.

Pihak kalurahan tidak akan melarang namun untuk mencegah penyebaran Covid-19 tidak diadakan acara hiburan.

"Untuk Padukuhan Sumberjo kenduri dilakukan di 2 RT hari ini," ucap Udin panggilan akrab Syaefudin. 

Baca juga: Tradisi Pacaran Orang Rimba, 2.000 Hari Mengabdi di Calon Mertua, Pegang Tangan Pacar Kena Denda

Kepala Kundha Kabudayan Gunungkidul, Agus Kamtono mengatakan, tradisi rasulan biasanya dilakukan sejak bulan April hingga bulan Juli.

Namun, karena saat ini masa pandemi, tidak melibatkan massa dalam jumlah banyak. Mereka hanya melakukan tradisi secara mandiri dengan hanya melakukan kenduri sederhana.

Tradisi ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat meski pandemi Covid-19.

"Hanya mengimbau kepada masyarakat melaksanakan rasulan monggo silakan, yang pertama perlu diperhatikan protokol kesehatan," ucap Agus.

Diakuinya, Kundha Kabudayan biasanya ikut membantu pembiayaan di beberapa titik untuk acara hiburan seperti wayang kulit.

Namun tahun ini ditiadakan terlebih dahulu, mengingat penambahan pasien Covid-19 masih terus terjadi.

"Jika ada hiburan nanti dikhawatirkan akan sulit mengatur penonton, dan malah muncul klaster baru," ucap Agus. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com