Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Rasulan di Gunungkidul, Bertahan meski Sepi karena Pandemi

Kompas.com - 20/07/2020, 16:55 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

Dari pengamatan, upacara kenduri pun dilakukan sederhana tak banyak warga yang hadir, karena hanya sebagian warga RT 29.

Mereka mengikuti secara khusyu kenduri yang dipimpin oleh salah satu pemuka agama Kalurahan Ngawu.

Secara umum, kenduri menggunakan doa agama Islam, namun bagi yang beragama lain pun diperkenankan berdoa sesuai dengan yang dianutnya. 

Setelah doa dipanjatkan, panitia acara langsung membagikan makanan yang diletakkan dalam sarang.

Bagi warga yang tidak datang pun diantarkan ke rumah. Makanan dalam sarang berisi nasi, lauk, dan sayur. 

Kepala Padukuhan Sumberjo, Syaefudin Zuhri mengatakan, karena masa pandemi, tahun ini perayaan rasulan diserahkan ke masing-masing RT, sehingga tidak dirayakan di Balai Padusunan.

Pihak kalurahan tidak akan melarang namun untuk mencegah penyebaran Covid-19 tidak diadakan acara hiburan.

"Untuk Padukuhan Sumberjo kenduri dilakukan di 2 RT hari ini," ucap Udin panggilan akrab Syaefudin. 

Baca juga: Tradisi Pacaran Orang Rimba, 2.000 Hari Mengabdi di Calon Mertua, Pegang Tangan Pacar Kena Denda

Kepala Kundha Kabudayan Gunungkidul, Agus Kamtono mengatakan, tradisi rasulan biasanya dilakukan sejak bulan April hingga bulan Juli.

Namun, karena saat ini masa pandemi, tidak melibatkan massa dalam jumlah banyak. Mereka hanya melakukan tradisi secara mandiri dengan hanya melakukan kenduri sederhana.

Tradisi ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat meski pandemi Covid-19.

"Hanya mengimbau kepada masyarakat melaksanakan rasulan monggo silakan, yang pertama perlu diperhatikan protokol kesehatan," ucap Agus.

Diakuinya, Kundha Kabudayan biasanya ikut membantu pembiayaan di beberapa titik untuk acara hiburan seperti wayang kulit.

Namun tahun ini ditiadakan terlebih dahulu, mengingat penambahan pasien Covid-19 masih terus terjadi.

"Jika ada hiburan nanti dikhawatirkan akan sulit mengatur penonton, dan malah muncul klaster baru," ucap Agus. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com