YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tradisi rasulan atau bersih desa menjadi bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Namun, dalam masa pandemi ini, situasinya berbeda. Sebab, meski ada perayaan, tetapi dilakukan sederhana.
Tak banyak sanak saudara yang berkunjung ke rumah untuk merayakan rasulan.
Baca juga: Perkawinan Sedarah di Kerinci, Antara Tradisi dan Pemicu Bayi Stunting
Rasulan merupakan ungkapan rasa syukur warga setelah panen beberapa pekan sebelumnya.
Tradisi rasulan biasanya melewati prosesi panjang, beberapa hari sebelum pelaksanaan sudah dilakukan ritual.
Namun, puncak utamanya kenduri di balai kalurahan atau padukuhan setempat. Nantinya warga membawa makanan dari rumah berupa nasi, lauk, sayuran, hingga ayam ingkung.
Setelah kenduri, biasanya makanan dicampur dan dibagikan kembali kepada warga.
Jika ada keluarga tak membawa makanan pun tidak dipermasalahkan, mereka tetap akan memperoleh nasi lauk yang diletakkan dalam anyaman daun kelapa atau dikenal nama "sarang".
Baca juga: Beleuto, Tradisi Lama Gorontalo yang Dikenalkan pada Era New Normal
Di rumah, selama sehari, teman, saudara atau warga yang lain, diajak untuk mampir mencicipi hidangan yang sudah dibuat oleh pemilik rumah, dan malam harinya berbagai hiburan dihadirkan untuk masyarakat.
Namun hal itu berbeda di saat pandemi, tidak ada lagi hiburan, tidak ada gelak tawa keluarga atau teman yang datang ke rumah yang merayakan rasulan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.