Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Gedung DPR Tidak Nyaman, Tak Ada Ventilasi

Kompas.com - 20/07/2020, 10:10 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengaku tak nyaman diam lama-lama di dalam gedung DPR di Senayan, Jakarta. Sebab, ruangannya minim ventilasi dan kebanyakan alat pendingin.

Apalagi, kata Dedi, di tengah pandemi Covid-19 ini, ruangan DPR rawan penularan virus corona akibat minim ventilasi.

"Salah satu saya jarang nongkrong di gedung DPR dan banyak keliling ke masyarakat karena gedung itu tak nyaman. Karena ruangannya tertutup dengan pendingin dan tak ada ventilasi," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Senin (29/7/2020).

Baca juga: Dedi Mulyadi: Ekspor Jalan, Penyelundupan Benih Lobster Jalan Juga

Dedi mengatakan, setiap ia masuk kantor untuk rapat, ia menunggunya tidak di dalam ruangan, melainkan di luar sambil berkeliling.

Sesekali ia menemui dan berbincang-bincang dengan satpam. Setelah jam rapat tiba, ia baru masuk ruangan.

"Setelah rapat pun saya langsung pulang. Saya pakai AC hanya di dalam mobil. Itu pun 24 derajat," katanya.

Ia menilai, gedung DPR layak direnovasi terutama berkenaan dengan ventilasi. Menurutnya, gedung itu harus memiliki banyak ventilasi dan mengurangi alat pendingin. Jendela-jendelanya harus terbuka.

"Sebab udara Indonesia itu masih bagus. Tinggal perbanyak pohon-pohon dan buka semua jendela saat siang hari agar ada sirkulasi udara," katanya.

15 tahun jendela terbuka

Dedi mengatakan, saat orang sibuk bahwa kantor tertutup tanpa ventilasi karena jadi tempat corona, ia mengaku sudah 15 tahun hidup di kantor dengan jendela terbuka. Hal itu terjadi saat ia mulai menjabat sebagai wakil bupati hingga bupati Purwakarta dua periode.

"Saya 15 tahun hidup di kantor dan rumah dengan jendela terbuka," katanya.

Menurutnya, jendela di kantor harus terbuka agar sirkulasi udara lancar. Sirkulasi udara penting untuk memperbaharui udara di dalam ruangan.

"Siklus udara sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi ketika saya mulai jadi wakil bupati, hal pertama yang saya lakukan adalah mengganti jendela kaca dengan kayu dan memastikan pendingin dimatikan," katanya.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Masalah Lobster Itu Bukan soal Mantan yang Kecewa, tetapi.

Dahulu di Purwakarta, kata Dedi, ada mitos bahwa bupati sering sakit. Menurutnya, hal itu wajar terjadi karena ruangan kerjanya selalu tertutup. Kondisi ruangannya sudah puluhan tahun tak berubah.

"Udara lama yang dihirup bupati lama dihirup lagi oleh bupati baru. Wajar sering sakit, tak ada ventilasi," kata Dedi lantas tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com