Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Luwu Utara Sudah Diprediksi sejak 2019, Akademisi: Banyak Alih Fungsi Lahan di Sana

Kompas.com - 18/07/2020, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

Sementara itu, pemerhati lingkungan di Masamba, Muh Ibrahim (37) mengatakan, dia dan beberapa rekannya di Masamba telah memperingatkan kepada pihak Pemkab Luwu Utara terkait dampak penambangan untuk kawasan sawit.

Karena sebelumnya, banjir berskala kecil dan luapan air sungai Masamba, Meli dan beberapa sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) terus terjadi setiap tahun dan puncaknya pada 2020.

"Kami yang tergabung dalam komunitas hijau Luwu Utara sudah sering sampaikan ke pemerintah daerah bahwa sonasi Luwu Utara atau yang teregulasi dalam rencana tata ruang wilayah itu tidak konsisten dari awal," ungkap Ibrahim via telepon.

Baca juga: Terseret Banjir Bandang, Pria di Luwu Utara Ini Selamat Usai Peluk Pohon Kelapa

Temuan potongan-potongan kayu

Setelah banjir bandang melanda, beberapa warga menyaksikan banyaknya potongan kayu besar memenuhi sungai.

"Banyak bekas-bekas potongan kayu, entah itu hasil penebangan secara ilegal maupun legal," kata Adnan, warga Masamba, Luwu Utara.

Saat ini kata Adnan, warga hanya fokus untuk mencari barang-barang berharga yang bisa diselamatkan dari tumpukan tanah dan lumpur dari dalam rumahnya.

"Saat ini kami fokus selamatkan barang-barang kami, termaksud tunggu bantuan. Listrik di sini terputus makanya kami butuh penerangan lilin, pakaian juga dan makanan serta obat," tambah Adnan.

Baca juga: BERITA FOTO: Diterjang Banjir Bandang, Masamba Luwu Utara Porak Poranda

Menanggapi potongan-potongan kayu besar di sungai pascabanjir, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, telah melaporkannya ke pihak penyidik Polda Sulsel.

"Ini sudah kita laporkan kepada Polda dan pak Kapolda (Irjen Pol Mas Guntur Laupe). Kemarin sudah merespons bahwa akan menyelidiki siapa-siapa pelaku yang terlibat dalam perambahan hutan yang kemudian berdampak sistemik kepada banjir bandang," ungkap Andi.

"Termaksud perluasan-perluasan area-area perkebunan dan pertambangan itu akan dicek, karena kita sudah kirimkan datanya tinggal itu urusannya dengan di review sejauh mana keterlibatan oknum-oknum dan kemudian bagaimana sistem-sistem perijinan-perijinan mereka, dan sebagainya ya," lanjut Wakil Gubernur, Andi Sudirman.

Baca juga: Koneksi Terputus di Luwu Utara, Evi Masamba Kesulitan Cari Keluarganya

Bupati Luwu Utara: Banjir bandang 'murni bencana'

Sebanyak 3.627 KK atau 14.483 jiwa mengungsi di tiga kecamatan akibat banjir bandang di Luwu Utara, Sulsel. Bupati Luwu Utara mengatakan peristiwa itu murni bencana.Antara Foto Sebanyak 3.627 KK atau 14.483 jiwa mengungsi di tiga kecamatan akibat banjir bandang di Luwu Utara, Sulsel. Bupati Luwu Utara mengatakan peristiwa itu murni bencana.
Sementara itu Bupati Luwu Utara Indah, Putri Indriani, menampik tudingan pemerhati lingkungan soal adanya dugaan pembabatan hutan, perluasan kawasan pertambangan, dan pembukaan lahan baru di hulu sungai.

"Saya perlu klarifikasi terkait dengan tudingan tersebut, mengingat sudah ada hasil penelitian dari lembaga konservasi lingkungan kemudian hasil assesment terakhir dari teman-teman KPH (kesatuan pengelolaan hutan), termaksud dari dinas lingkungan hidup," kata Bupati Indah Putri via telpon, Kamis (16/7/2020).

Indah tidak menyebut sama sekali mengenai pemulihan lahan terbuka di daerah hulu.

Baca juga: Banjir Bandang Terjang Masamba Luwu Utara, Berikut Analisis BMKG

Indah menegaskan bahwa yang terjadi di Masamba adalah murni bencana setelah dua gunung mengalami longsor yaitu Gunung Lero yang berdampak ke Sungai Radda, dan Gunung Magandrang yang berdampak ke Sungai Masamba.

"Kalau kita melihat materialnya itu pasir, sebagian besarnya didominasi pasir lalu kayu. Jadi kayu itu adalah kayu yang sudah lama, ada dengan akar-akarnya artinya ini tidak ada ukuran sebagaimana kita ketahui kalau ada ilegal logging begitu. Nah itu kita tidak temukan seperti itu," jelas Indah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com