Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viaduct, Jalan Legendaris di Bandung dan Saksi Kisah Cinta Soekarno

Kompas.com - 17/07/2020, 07:19 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Masih ingat cerita tentang sepenggal Jalan Otto Iskandardinata (Otista) yang hanya dibuka 30 tahun sekali saat peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1985 dan 2015?

Setelah jalan tersebut ditutup, warga Bandung yang bepergian dari Pasar Baru ke Gedung Pakuan harus memutar ke daerah Viaduct.

Rupanya, Viaduct memiliki cerita yang tidak kalah seru. Viaduct adalah jembatan atau jalan di atas jalan raya, jalan kereta api, di atas lembah atau sungai yang lebar. Viaduct menjadi salah satu bukti teknologi Belanda yang ada di Bandung.

“Viaduct merupakan proyek khusus dari Belanda. Viaduct proyek untuk membuat sistem jalan boulevard, yakni dua jalan yang dipisahkan taman atau sungai. Nah di Viaduct Bandung ini dipisahkan Sungai Cikapundung,” kata pemerhati sejarah Bandung dari Komunitas Aleut, Hevi Abu Fauzan saat dihubungi Kamis (16/7/2020).

Baca juga: Unik, Jalan di Kota Bandung Ini Hanya Dibuka 30 Tahun Sekali

Viaduct dibangun tahun 1983. Rencananya, konsep jalan tersebut dibuat hingga Asia Afrika. Namun entah karena perang atau alasan lain, proyek ini hanya ada di Viaduct.

Perkembangan transportasi

Hevi menjelaskan, proyek ini dibangun untuk membereskan transportasi di Bandung saat itu.

Dulu, delman dan kendaraan non kereta, menggunakan sepenggal Jalan Otista untuk menghubungan Gedung Pakuan dan Jalan Raya Pos.

“Kalau lihat peta lama, dari jalan Pasar Baru, Suniaraja, langsung ke Perintis Kemerdekaan itu masih satu garis lurus langsung ke atas. Jadi jalan itu bersilangan dengan rel, bertemu dengan jembatan baru ke Balai Kota,” ungkapnya.

Lama kelamaan lalu lintas berkembang padat. Begitupun dengan kereta yang semakin aktif.

Sejak 1924, kereta di Bandung mengadopsi sistem double track untuk menghubungkan Padalarang dan Kiaracondong. Justru di bagian Viaduct masih single track.

Baru akhir 1930an, setelah pembangunan jembatan Viaduct, kereta menggunakan double track.

Cinta Soekarno

Sebelum ada proyek pembangunan Viaduct, terdapat satu perkampungan di sana. Di perkampungan tersebut tinggal orangtua Inggit Garnasih, istri kedua presiden pertama Indonesia, Soekarno.

“Rumah itu tempat menikahnya Soekarno dengan Inggit,” ucap Hevi.

Perkampungan tersebut kini hanya menyisakan Masjid Persis.

Ia masih mencari alasan kenapa kampung tempat tinggal orangtua Inggit bisa habis.

Namun ia menduga, kampung tersebut habis karena pembangunan Viaduct yang menyeret ke arah timur, ke arah perkampungan.

“Ini baru dugaan, belum menjadi fakta sejarah karena masih dicari,” ungkap Hevi.

Baca juga: Okupansi Rendah, Daop 2 Bandung Kurangi Perjalanan Kereta ke Jakarta

Di daerah tersebut pun ada Jalan cukup pendek yang dinamakan Jalan Viaduct. Fungsinya untuk menghubugkan Viaduct ke Jalan Braga.

“Ada salah satu perusahaan ekspedisi di Hindia Belanda yang membangun satu gudang di Jalan Braga. Ia punya sistem rel sendiri yang menghubungkan ke sistem utama,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com